SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Selasa, 03 Juni 2025

Penulis: Nurendra

(Aktivis Dakwah)


Pict, by: Anizah

Akhir-akhir ini media sosial sedang ramai memperbincangkan akun fantasi sedarah yang memiliki pengikut hampir 40 ribu. Banyak pihak yang merasa marah, kecewa, jijik, dan tidak percaya. Bagaimana bisa , perilaku tidak senonoh itu dilakukan oleh orang tua pada anak kandung sendiri. Orang tua yang patutnya menjaga, melindungi, mendidik, dan mengajarkan adab serta norma justru malah melanggar norma itu sendiri. 


Dilansir dari situ beritasatu.com, Komisi Nasional ( Komnas ) Anti Kekerasan Perempuan, Yuni Adriyanti, mendesak kepolisian untuk menindaklanjuti secara menyeluruh kasus grup Fantasi Sedarah yang viral di facebook. Grup tersebut telah menimbulkan keresahan publik. Yuni mengungkapkan meski grupnya sudah dibubarkan, bukan berarti pelakunya tidak bisa dilacak. "Pasti bisa diketahui siapa admin dan pengelolanya", ujar beliau dalam acara Napak Reformasi di TPU Pondok Rangon, Jakarta Timur pada Sabtu, 17 Mei 2025.


Fantasi sedarah (incest fantasy) adalah suatu dorongan atau hasrat seksual yang ingin dilakukan kepada anggota keluarga sendiri, seperti saudara, orang tua, maupun anak sendiri. Dalam ilmu psikologi, hal seperti ini tidak hanya menjadi suatu tantangan untuk mereka dari segi etika tetapi juga moral tentunya.


Menurut Dr.Justin Lehmiller, Psikolog Sosial dan peneliti dari Kinsey Institute, memiliki fantasi tidak selalu berarti dia ingin mewujudkan keinginan tersebut di kehidupan nyata. Dalam bukunya " Tell Me What You Want " ( 2018 ), Lehmiller mencatat bahwa 15% dari lebih 4000 orang yang dia teliti pernah memiliki fantasi tersebut bukan berarti ia ingin terlibat langsung secara seksual dengan anggota keluarganya, tetapi bisa saja mencerminkan dinamika kekuasaan, ketergantungan, atau rasa nyaman dengan figur yang dikenal.


Ada beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya keinginan fantasi sedarah, seperti dorongan seksual yang muncul sejak anak-anak, termasuk pula keinginan terhadap orang tua. Hal tersebut bisa terjadi akibat konflik emosional yang belum tuntas sejak masa kecil. Kemudian individu atau seseorang yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang disfungsional atau mengalami pelecehan seksual, sehingga menjadi trauma yang tidak disadari. Pengaruh media dan pornografi serta kebutuhan emosional yang tidak dipenuhi bisa memperkeruh masalah fantasi sedarah ini.


Pemerintah dan aparat penegak hukum memiliki peran penting agar bisa mengusut tuntas kasus grup fantasi sedarah ini. Pasalnya, kasus ini bukan hanya perihal penyimpangan moral, melainkan bentuk kejahatan yang sangat nyata dan terencana. Dia juga sudah termasuk pada wilayah pidana yang melibatkan kasus kekerasan seksual terhadap anak yang harus diperhatikan dengan sangat serius.


Negara harus bertindak dengan jalur hukum serta regulasi digitalnya. Lemahnya peran negara dalam mengontrol platfrom dan minimnya literasi digital yang berhubungan dengan perlindungan anak akan menumbuhsuburkan persoalan serupa. Aparat juga harus menyegerakan serta melacak akun-akun yang membagikan atau mengaku pernah melakukan tindakan kriminal ini.


Dalam Islam, keluarga ditempatkan sebagai lingkungan suci. Karena itu ketika hubungan sedarah dijadikan bahan fantasi seksual, hal itu bukan hanya penyimpangan secara hukum tetapi juga menodai hukum serta nilai yang paling mendasar dalam Islam.


Melindungi keluarga terutama anak adalah tanggung jawab bersama sebagai orang tua. Peran orang tua dalam menanamkan akidah dan kepribadian Islam dalam diri anak menjadi bekal awal penjagaan insititusi keluarga. Di sisi lain, orang tua juga memiliki tanggung jawab membekali dirinya sendiri dengan pemahaman Islam dan rasa takut kepada azab Allah Swt. jika menyia-nyiakan amanah anak yang dianugerahi oleh-Nya. Selain itu, setiap anggota keluarga juga dibekali dengan keberanian untuk melakukan amar ma'ruf nahi mungkar jika mendapati penyimpangan dalam keluarga.


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR.Tirmidzi No 3895.Al - Hafizh Abu Bakar Thahir menilai bahwa hadis ini sahih).


Dengan demikian, keluarga yang sehat dan ideal dalam Islam adalah keluarga yang bahagia, penuh kasih sayang dan memperoleh rahmat Allah Swt. Islam menempatkan keluarga sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama. 


Hanya dalam Islamlah semua itu dapat diwujudkan. Aturan Islam akan selalu melindungi semua umatnya, berbeda dengan peraturan yang dibuat oleh manusia yang serba lemah dan memiliki keterbatasan sebagai makhluk. Semoga kita sebagai umat Islam bisa selalu mematuhi semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal itu karena hanya dengan ketaatan yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadis, hidup akan menjadi lebih berkah serta selamat dunia dan akhirat. 

Wallahualam bissawab.


Editor: Devi Rikasari

0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts