Oleh. Rita Handayani
(Penulis dan Founder Media)
Ragam Formula - Anak adalah aset baik untuk orang tua, keluarga, juga negara, bahkan aset bagi peradaban.
Untuk itu perhatian kepada anak tidak hanya kewajiban bagi keluarga saja. Lebih dari itu peran negara sangat penting dalam membentuk anak. Baik dari sisi pendidikan, keamanan, juga kesejahteraan anak.
Kompleksitas permasalahan terhadap anak saat ini memang sangat mengkhawatirkan. Salah satunya adalah terkait kesejahteraan atau kesehatan anak. Berdasarkan data dari Kemenkopm, Indonesia saat ini mengalami double burden of malnutrition. Di satu sisi terdapat masalah kekurangan gizi juga stunting, sementara di sisi yang lain adanya angka obesitas yang tinggi.
Berdasarkan atas data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%. Meskipun jumlah ini dikatakan menurun dibandingkan dengan sebelumnya yaitu 24,4%. Namun, angka tersebut masih tinggi, karena target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%.
Sementara kasus pada obesitas anak meningkat 10 kali lipat di usia 5-19 tahun dalam empat dekade ini di Indonesia, yaitu pada 1975 ke 2016. Terdapat 16% anak usia 13-15 tahun gemuk dan obesitas, Kemudian pada usia 16-18 tahun sebanyak 13,5%, karena kurang aktivitas fisik sebesar 49,6%.
Masalah Serius dan Penting
Permasalahan stunting dan obesitas pada anak tentu merupakan masalah penting dan serius. Karena terkait kualitas generasi di masa sekarang juga di masa depan. Sehingga ini harus menjadi permasalahan bersama.
Semua hal yang terkait generasi tidak boleh diabaikan baik oleh negara maupun masyarakat. Untuk itu masyarakat harus ikut mengawal setiap kebijakan yang dirancang pemerintah untuk generasi. Juga masyarakat harus peka terhadap semua permasalahan generasi, juga ikut andil dalam menyelesaikannya.
Memang pemerintah sudah berupaya untuk mengendalikan kasus stunting dan obesitas ini. Seperti BPOM yang mewajibkan seluruh makanan dan minuman kemasan harus memiliki informasi jumlah kalori dan gizi. Serta upaya untuk menggencarkan edukasi kepada para orang tua mengenai keseimbangan gizi bagi anak. Demikian juga pemerintah daerah seperti di Blora, Jawa Tengah digalakkan sedekah telur. Ini tentu perlu didukung. Namun belum mampu menyelesaikan masalah.
Peran Masyarakat
Masyarakat yang merupakan perkumpulan dari keluarga dan orang tua harus jeli menganalisa. Juga mampu dan berani memberi kritik terhadap kebijakan yang sedang digodok pemerintah.
Bagaimana mungkin bisa menekan angka obesitas. Jika adanya regulasi pajak makanan yang mengandung bahan olahan gula, garam, dan lemak (GGL) yang melebihi ambang batas?
Ini menunjukkan bahwa anak-anak telah menjadi korban. Sementara pemerintah sibuk dengan mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari rakyat. Stunting dan obesitas itu adalah masalah kesehatan serta sosial, tetapi disolusi yang dianjurkan malah pendekatan kebijakan fiskal.
Hal tersebut bukti pengabaian yang dilakukan negara sebagai pengurus dan pelayan urusan rakyatnya. Tampaknya pemerintah memilih kerja seadanya, dan mengambil keuntungan dalam penanganan kasus pada anak. Dengan mengambil pajak yang dibebankan kepada produsen. Inilah bentuk kebijakan yang lahir dari ketamakan kepada materi.
Padahal, produsen pada akhirnya juga akan membebankan pajak itu kepada konsumen. Yaitu dengan cara menaikkan harga jual produk. Tentu ini tidak akan mengatasi masalah tingginya angka obesitas dan stunting pada anak.
Kita tahu bahwa postur APBN Indonesia sebagian besar pendapatannya adalah berasal dari utang dan pajak. Saat ini penerimaan pajak, trennya sedang mengalami perlambatan. Kemudian tampaknya memang pemerintah melirik pajak dari jajanan anak-anak ini.
Tentu hal tersebut sangat mengenaskan. Karena Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam, baik hutan, laut, minyak bumi, batu bara, gas, hingga emas. Bahkan paru-paru dunia terletak di Indonesia.
Negeri ini juga memiliki keanekaragaman hayati. Juga didaulat sebagai mega-center keanekaragaman hayati dunia. Tentu sangat tragis ketika penerimaan APBN malah mengandalkan dari pajak rakyatnya.
Akibat Sistem Kapitalisme
Faktor utama yang mengakibatkan semua masalah yang dihadapi negeri ini adalah penerapan sistem kapitalisme. Semua upaya dalam menyelesaikan masalah yang terjadi mengalami jalan buntu.
Jika kita analisa akan tampak sistem politiknya telah menghasilkan penguasa yang profit oriented layaknya seperti pedagang. sistem ekonominya malah menghasilkan kemiskinan juga kesenjangan. Sementara sistem pendidikannya menghasilkan generasi yang lemah. Sistem sosialnya menghasilkan kehidupan hedonis dan konsumtif. Sistem kesehatannya sangat kapitalistik, bahkan telah gagal mengatasi beragam penyakit.
Dalam sistem kapitalisme ini sistem pendidikannya tidak mampu mencetak para orang tua yang memiliki wawasan cukup terkait gizi serta kesehatan keluarga. Dalam sistem kapitalisme juga sistem ekonominya tidak mampu menghasilkan para pengusaha yang punya kesadaran tanggung jawab untuk kebaikan masyarakat.
Dalam ekonomi kapitalisme yang ada hanya mampu mencetak para pengusaha yang cuan oriented dengan menghalalkan segala cara. Hasil dari, semua realitas buruk itu hanya memberikan kado pahit bagi generasi. Akibatnya tanpa bisa memilih, generasi kita menjadi generasi kurang gizi, salah pola asuh, juga konsumtif, dan bermental rapuh.
Jika tetap bertahan pada sistem kapitalisme yang egois serta tidak manusiawi ini hanya akan menambah penderitaan generasi. Untuk itu sudah selayaknya sistem rusak dan busuk ini dibuang pada tempatnya. Kemudian mengganti sistem ini dengan sistem lain yang sudah terbukti lebih baik.
Sistem pengganti terbaik adalah sistem Islam. Satu-satunya sistem kehidupan yang bisa memberikan harapan masa depan cerah bagi generasi. Karena generasi kita berhak untuk sejahtera dan bahagia dengan Islam.
Seluruh Muslim punya tanggung jawab yang sama untuk mewujudkan hadirnya kembali sistem Khilafah yang penuh berkah. Bahkan, penguasa juga mempunyai kewajiban yang sama. Yakni berkewajiban untuk menerapkan sistem rahmatan lil alamin ini.
Wallahualam bissawab.
0 comments:
Posting Komentar