Oleh: Rosy Anna A.Md.M
(Penulis dan Aktivis Kota Cepu)
Akhir-akhir ini media sosial kembali dihebohkan dengan adanya tagar #BoikotTrans7 di Instagram, Facebook, dan Tiktok. Tagar ini menjadi bentuk protes netizen, terutama bagi kalangan santri maupun masyarakat pesantren.
Kisruh bermula dari program Xpose di Trans7 yang menayangkan kehidupan santri yang bersalaman dengan cara jongkok atau menunduk di hadapan guru dan kyai. Bagi sebagian orang, hal ini tampak sebagai bentuk adab dan penghormatan. Namun bagi sebagian lainnya, hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah ini warisan ketulusan atau sisa feodalisme yang tidak disadari?
Batas Tipis Antara Adab dan Feodalisme Budaya
Dalam lingkungan pesantren, penghormatan kepada guru memang menjadi bagian penting dalam pendidikan adab. Namun, penghormatan yang menekankan kerendahan fisik seperti jongkok atau ngesot perlu dicari tahu kembali dalam konteks ajaran Islam yang menegaskan kesetaraan manusia di hadapan Allah.
Dalam Islam, adab memang penting, tetapi tidak dengan menghilangkan martabat manusia. Adab tak berarti tunduk, hormat tidak berarti merendahkan. Adab seharusnya menumbuhkan rasa hormat dan cinta karena ilmu, bukan rasa takut atau ketundukan sosial. Bila penghormatan berubah menjadi pengagungan atau pengkultusan manusia, maknanya berubah dari adab menjadi feodalisme budaya.
Keteladanan Rasulullah dalam Menolak Penghormatan Berlebihan
Rasulullah adalah suri teladan kita, seharusnya kita belajar dari beliau, yang menolak bentuk penghormatan berlebihan. Ketika para sahabat ingin berdiri, menunduk, atau memperlakukan beliau seperti raja, Nabi menegur dan melarangnya. Beliau menegaskan bahwa bentuk penghormatan sejati bukan pada posisi tubuh, melainkan pada ketulusan hati dan ketaatan pada nilai.
Islam mengajarkan untuk menghormati guru tanpa kehilangan kesetaraan antar sesama manusia. Al-Qur'an telah menegaskan bahwa kemuliaan manusia ditentukan oleh takwa, bukan gelar, jabatan, maupun derajat manusia.
Menjaga Martabat Diri dalam Bingkai Adab dan Tauhid
Menghormati guru dan ulama adalah bagian adab, namun penghormatan itu tidak boleh merendahkan martabat diri. Guru dimuliakan karena ilmu dan keteladanan. Bukan status atau jabatan. Adab lahir dari tauhid, akan kesetaraan manusia dihadapan Allah.
Wallahualam bishawab.
0 comments:
Posting Komentar