SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Kamis, 09 Oktober 2025

Oleh: Arimbi N.U

(Aktivis Kota Blora)




Setiap hari, berita dari Gaza semakin memilukan. Reruntuhan bangunan menjadi saksi bisu atas kezaliman yang di luar nalar. Entitas Zionis yang didukung oleh Amerika Serikat terus meningkatkan serangan brutal, bertekad mengosongkan Gaza dari seluruh penduduknya. Sementara itu, dunia hanya menonton. Tak satu pun negara benar-benar berani berdiri di sisi Gaza. Mereka mencari "jalan aman" dengan diam atau memilih "solusi dua negara."

Ilusi Bernama "Solusi Dua Negara"

"Solusi dua negara" bukanlah jalan keluar, melainkan sebuah bentuk keputusasaan Amerika terhadap keteguhan rakyat Gaza dan para mujahidin yang tidak pernah tunduk. Setelah berbagai tekanan, blokade, dan serangan tak mampu membuat mereka menyerah, kini muncul ilusi baru bahwa perdamaian akan tercapai jika Palestina diberi sebagian kecil tanah untuk disebut sebagai "negara merdeka."

Namun, di balik kalimat manis itu tersembunyi fakta pahit: Pengakuan kemerdekaan Palestina dalam versi dua negara berarti pengakuan atas pencaplokan 70 hingga 80 persen wilayah kaum Muslimin oleh entitas Yahudi. Ini bukanlah kemenangan diplomasi, melainkan penyerahan diri secara halus, yang dibungkus dengan nama "perdamaian."

Tragisnya, gagasan ini tidak hanya datang dari Barat. Para pemimpin negeri-negeri Muslim pun ikut menyuarakannya, termasuk Indonesia. Mereka menyebutnya langkah realistis, padahal hakikatnya justru menjauhkan umat dari jalan pembebasan sejati. Seruan "dua negara" hanyalah pengkhianatan terhadap darah syuhada yang telah tumpah demi tanah suci Palestina. Bagaimana mungkin kita berbagi rumah dengan pencuri?

Penjajahan Tak Pernah Berakhir dengan Diplomasi

Sejarah membuktikan bahwa penjajahan tidak pernah berakhir dengan diplomasi yang tunduk pada logika penjajah. Tidak ada penindas yang rela mengembalikan hak hanya karena negosiasi. Zionis tidak pernah berkompromi. Mereka bergerak dengan ideologi, misi, dan dukungan sistem global yang menopangnya. Maka, mustahil Gaza bisa bebas hanya dengan perundingan dan kesepakatan damai.

Solusi sejati bagi Gaza tidak akan lahir dari PBB. Bukan pula dari para pemimpin yang takut kehilangan kursinya. Solusi itu hanya mungkin datang ketika kaum Muslim kembali mengambil peran sebagai pelindung bagi saudaranya.

Solusi Sejati: Jihad dan Tegaknya Khilafah

Solusi atas genosida di Gaza adalah pengerahan pasukan kaum Muslim untuk berjihad fi sabilillah. Bukan perang demi kekuasaan, tetapi perang untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Kaum Muslim sejatinya sangat mampu melawan Zionis. Dengan potensi militer, sumber daya, dan kekuatan iman yang mereka miliki, andai saja ada satu komando yang menyatukan mereka, kemenangan bisa diraih. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Umatku seperti satu tubuh." Bila satu bagian sakit, seluruhnya akan merasakan nyeri.

Namun, saat ini tubuh itu tercerai-berai. Tidak ada satu institusi pun yang benar-benar menjadi penjaga bagi umat Islam, tidak ada yang memimpin pasukan untuk membela Gaza.

Karena itu, seharusnya kaum Muslim menuntut tegaknya Khilafah Islamiyah. Institusi inilah yang akan mempersatukan negeri-negeri Muslim di bawah satu kepemimpinan, satu panji, satu tujuan. Hanya dengan Khilafah, jihad bisa menjadi realitas, bukan sekadar seruan emosional. Hanya dengan Khilafah, potensi umat dapat diarahkan untuk melindungi kehormatan Islam dan kaum Muslimin. Dalam sistem itu, tidak akan ada lagi perbatasan yang memisahkan antara "mereka" dan "kita," sebab seluruhnya adalah satu umat.

Khilafah bukanlah mimpi utopis. Ia adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah SAW. Ia pernah ada, pernah memimpin dunia dengan keadilan, dan akan kembali tegak ketika umat ini sadar bahwa tidak ada kemuliaan tanpa Islam sebagai sistem yang menyeluruh.

Jalan Pembebasan Sejati

Sementara dunia terus menipu kita dengan "solusi dua negara," marilah kita kembali kepada janji Allah bahwa kemenangan hanya milik mereka yang beriman dan berjuang di jalan-Nya. Gaza tidak butuh simpati kosong. Gaza butuh kepemimpinan yang membawa seluruh umat bersatu di bawah panji Rasulullah SAW.

Saatnya berhenti berharap pada solusi yang lahir dari tangan penjajah. Saatnya umat Islam kembali mengambil peran sebagai pembela kebenaran dan penegak keadilan sejati. Karena hanya dengan Islam, perjuangan Gaza akan menemukan arti, dan bumi Palestina akan benar-benar merdeka.

Wallahu a'lam bi showab.

0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts