Oleh. Sendy Novita, S.Pd,M.M
(Praktisi Pendidikan)
Hampir satu bulan lamanya perang Israel dan Palestina terus terjadi tetapi sebenarnya konflik keduanya sudah terjadi jauh sebelum serangan Hamas 7 Oktober 2023 lalu. Bermula pada 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour menulis surat untuk tokoh komunitas Yahudi Inggris bernama Lionel Walter Rothschild, yang intinya mengikat pemerintah Inggris mendirikan rumah nasional untuk orang Yahudi di Palestina. Termasuk memfasilitasi pencapaian tujuan tersebut. Surat yang dikenal dengan nama Deklarasi Balfour itu membuat Eropa menjanjikan gerakan Zionis pada negara dengan 90% diisi oleh penduduk asli Arab Palestina. Mandat Inggris itu dibentuk 1923 dan berlangsung hingga 1948. Selama itu, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi, kedatangannya cukup besar setelah gerakan Nazi di Eropa (Jakarta, CNBC Indonesia)
Indonesia, melalui Presiden Joko Widodo menyampaikan sikap Indonesia atas situasi konflik Palestina dan Israel yang kembali terjadi. Dalam keterangannya di Istana Merdeka, Jakarta, Presiden mendesak agar perang dan tindak kekerasan yang terjadi di daerah konflik segera dihentikan guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi. Konflik pendudukan Israel atas Palestina harus segera diselesaikan sesuai dengan parameter yang telah disepakati PBB (siaran pers Presiden Republik Indonesia, Selasa, 10 Oktober 2023).
Menanggapi perkembangan situasi di Gaza, penggiat kemanusiaan asal Indonesia yang tinggal di Jalur Gaza, Abdillah Onim, dalam sebuah diskusi secara virtual pada Jumat (13/10) menjelaskan bagaimana Israel selalu melanggar hukum internasional dalam berbagai perjanjian yang telah ditandatangani. Setiap Israel membombardir Palestina, bisa dipastikan AS akan menganggapnya sebagai tindakan bela diri Israel. Pun sama dengan PBB yang di bawah kendali AS. PBB tetap tak berkutik kecuali hanya kecaman dan diplomasi.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan bahwa jumlah korban tewas di Gaza per Selasa (7/11/2023) telah mencapai 10.328 orang, bertambah lebih dari 300 orang dalam sehari. Jumlah korban tersebut mencakup lebih dari 4.200 anak-anak. Dalam rentang puluhan tahun penjajahan, sikap dan tindakan negeri-negeri muslim tak jauh beda dengan PBB. Sekedar mengutuk, mengecam, dan mengirim bantuan kemanusiaan yang terkadang terhambat bahkan tak sampai tujuan. Tak ada inisiatif untuk mengirimi pasukan militer. Tak dimungkiri, sekat nasionalisme telah mampu memisahkan bagian-bagian penting dalam kesatuan Islam.
Untuk itu, tak cukup hanya kecaman dan pengiriman bantuan karena sesungguhnya solusi Palestina hanya dapat dilakukan dengan dua langkah. Pertama langkah praktis yaitu harus dilawan dengan jihad. Kedua langkah ideologis, menumbuhkan kesadaran di tubuh kaum muslim, pentingnya keberadaan kepemimpinan yang satu dalam Islam yang menyatukan seluruh negeri muslim yang tercerai berai dengan asas ideologi Islam, bukan demokrasi sekuler.
Bersatunya negeri-negeri muslim dalam naungan kepemimpinan Islam akan mampu mengirimkan pasukan sehingga menghilangkan penjajahan. Palestina adalah bagian dari kaum muslim di seluruh dunia. Negeri para Syuhada, bumi diturunkannya banyak nabi maka sudah menjadi keharusan untuk membela dan merebutnya kembali.
Wallahualam bissawab.
0 comments:
Posting Komentar