Oleh. Apt. Arimbi N.U, S.Farm
(Praktisi Kesehatan)
Beberapa bulan ini kita disuguhi berita-berita yang memilukan. Berita tentang anak yang membunuh orang tuanya. Dengan berbagai alasan mereka merenggut kehidupan orang yang seharusnya paling dikasihinya. Peristiwa ini terjadi di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Berita terbaru adalah seorang pedagang perabot tewas bersimbah darah akibat luka tusuk karena ulah dua putrinya sendiri yakni K (17) dan P (16). Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly menerangkan alasan pelaku melakukan pembunuhan sadis itu karena kesal dengan sang ayah. (okezone.com, 23/6/2024)
Hal yang sangat mencengangkan bagaimana anggota keluarga membunuh anggota keluarga yang lain. Padahal seharusnya keluarga adalah sosok terdekat yang memberikan kenyamanan, kehangatan dan perlindungan. Sesama anggota keluarga seharusnya saling menjaga bukan saling menyakiti, apalagi membunuh satu sama lain.
Mengapa hal yang mengerikan ini bisa terjadi dan bahkan semakin marak?
Salah satu penyebab yang memungkinkan hal itu terjadi adalah minimnya iman pada individu. Sistem sekuler yang tanpa disadari diadopsi oleh masyarakat membuat iman mereka terkikis dan abai pada aturan dan anjuran agama, salah satunya adalah menghormati dan menyayangi orang tua.
Di dalam Al-qur’an diajarkan bagaimana bersikap kepada orang tua, utamanya ibu. Berkata “ah” saja tidak diperbolehkan, apalagi sampai menyakiti bahkan membunuhnya. Sungguh besar dosa yang akan didapat anak durhaka.
Tapi tampaknya masalah dosa atau pahala bukan menjadi hal yang penting pada pola pikir masyarakat saat ini, terutama generasi muda.
Oleh karena itu, sangat penting sekali mengembalikan pondasi keimanan pada individu-individu.
Tidak bisa dibiarkan masyarakat tenggelam pada sistem liberal yang mengusung kebebasan. Tidak bisa dibiarkan masyarakat berlarut-larut menerapkan sistem kapitalistik yang mengedepankan materi alias uang. Sehingga menjadikan asas manfaat sebagai tolok ukur perbuatan. Saat orang tua dirasa tidak lagi bermanfaat, bahkan merepotkan. Maka sah-sah saja untuk disingkirkan. Naudzubillah.
Mengembalikan keimanan dan ketakwaan individu tentu membutuhkan peran masyarakat dan negara. Sangat sulit berharap individu mampu mempertebal iman saat lingkungan sekitar mereka tidak mendukung bahkan justru memberikan pengaruh buruk. Karena itu masyarakat diharapkan bisa bersama-sama membentuk lingkungan yang kondusif untuk perbaikan bersama.
Hal tersebut akan mampu terwujud dengan bantuan negara. Aturan yang jelas dari negara dan hukuman yang adil dan tegas atas kesalahan anggota masyarakatnya akan mendukung terwujud masyarakat yang baik. Yang terpenting tentu aturan dan hukumannya harus sesuai dengan aturan agama, karena aturan dari Sang Pencipta adalah aturan yang paling pas untuk manusia.
Bila sinergi terbentuk.dan masyarakat yang baik terwujud maka tidak akan ada lagi kasus seorang anak menyakiti orang tuanya apalagi sampai membunuhnya.
Tidakkah kita ingin masyarakat yang baik, damai dan sejahtera? Maka tidak ada jalan lain kecuali bersama-sama mengambil peran untuk mewujudkannya.
Wallahualam bissawab.
0 comments:
Posting Komentar