SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Selasa, 07 Februari 2023

Oleh. Rita Handayani

(Penulis dan Founder Media)





"Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia." - Bung Karno


Quote motivasi dari pemimpin pertama di Indonesia (Bung Karno) yang sangat menginspirasi ini, jika di sandingkan dengan kondisi pemuda atau generasi sekarang tentu akan terasa utopis (itu tidak mungkin). Jauh sekali harapan para pemuda bisa mengubah dunia. Karena mereka sendiri pun banyak menghadapi tantangan problematika hidup yang sangat tinggi. Bagaimana bisa mengubah dunia seperti para pemuda tangguh di masa lampau. Semisal Muhammad Al-fatih yang terkenal heroik dalam membebaskan Konstantinopel.


Kehidupan yang menihilkan peran agama yaitu kehidupan sekuler kapitalistik saat ini, telah mengungkung generasi muda muslim baik secara nasional maupun global dunia. Hingga menyeret mereka jauh dari tuntunan syariat Islam. Akibatnya segudang potensi pemuda tersia-siakan. Bahkan peran sebagai generasi terbaik yang telah Allah sematkan tak tampak dalam profil kehidupannya.


Mereka teracuni dengan gaya hidup barat. Seperti kehidupan hedonis, konsumtif, dan individualistis. Juga terjerat dalam berbagai macam masalah kehidupan. Seperti, perundungan, seks bebas narkoba, kekerasan, hingga asusila dan pembunuhan.


Kondisi kerusakan generasi muda ini tentu akan berdampak luas dan serius bahkan mengancam keberlangsungan masa depan umat manusia. Karena para pemudalah yang akan melanjutkan tongkat kepemimpinan umat, sebagai pembaru, juga Agent of Change (agen perubahan) yang akan mewujudkan, umat terbaik bagi dunia. Untuk itulah kerusakan generasi muda saat ini merupakan kerusakan umat manusia di masa mendatang.


Penyebab Kerusakan Generasi


Sekuler-kapitalisme, sistem kehidupan yang diadopsi saat ini. Menjadi faktor utama yang menyebabkan berbagai kerusakan generasi terjadi. Kerusakan yang mendera generasi muda muslim ini bukanlah hal yang alami, akan tetapi karena "disengaja". Perusakan ini dilakukan secara sistemis oleh kaum kapitalis sekuler. Supaya para pemuda muslim tetap berada di dalam genggamannya.


Sekularisasi sistem kehidupan yang dicomot para pemimpin muslim untuk diaplikasikan di negeri-negerinya. Menjadikan peran strategis benteng-benteng yang seharusnya mampu menjaga kehidupan generasi muda menjadi tidak berdaya melakukan tugasnya. Benteng tersebut adalah keluarga, masyarakat, dan negara. 


Keluarga yang merupakan pondasi awal bagi terbentuknya karakter juga pendidikan anak serta menjadi benteng pertahanan bagi anak-anak di dalamnya. Akibat dari kehidupan sekuler dan kapitalis, keluarga menjadi benteng yang rapuh. Karena mudah tersusupi perusakan baik dari televisi, gadget, maupun internet yang mencemari pemikiran, gaya hidup sekuler liberal, dan budaya barat.


Dalam sistem kapitalis juga sulit untuk mewujudkan keluarga yang ideal. Tingginya biaya hidup telah memaksa para orang tua untuk bekerja lebih keras agar bisa bertahan. Bahkan tidak hanya ayah yang harus memeras tenaga dan pikiran untuk mencari nafkah, para ibu pun menjadi harus rela turut bekerja keras untuk menambal keuangan keluarga.


Mahalnya kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan juga berbagai tuntutan materialisme menjadikan pekerjaan mereka harus lebih dikedepankan dan mengabaikan anak-anak. Akhirnya anak-anak diasuh oleh lingkungan, mereka belajar arti kasih sayang, kesetiakawanan, persahabatan dan beragam arti kehidupan lainnya sedapat-dapatnya dari lingkungan tanpa filter sehingga belum tentu steril dari kerusakan. Bahkan bisa jadi hal itu menjadi awal dari kerusakan seperti masuknya nilai-nilai liberal, paham elgebete dan banyak lainnya.


Lingkungan masyarakat menjadi tidak aman bagi perkembangan dan pergaulan generasi muda muslim ini, juga diakibatkan dari kehidupan sekuler kapitalis. Individualistis membuat masyarakat enggan untuk beramar makruf nahi munkar, juga enggan ikut campur urusan anak orang lain. Karena banyak juga para orang tua saat ini yang tidak terima ketika kedapatan anaknya nakal, lalu dinasehati oleh orang lain. 


Untuk itu, agar bisa menjadi benteng yang kokoh bagi anak, baik rumah maupun lingkungan masyarakat membutuhkan kehadiran kekuatan yang sangat besar. Kekuatan tersebut harus mampu melindungi juga mendampingi serta memberikan suasana yang kondusif bagi anak-anak, menjadi perisai bagi anak dimanapun ia berada, di keluarga, lingkungan, maupun masyarakat. Kekuatan besar tersebut adalah negara.


Kegagalan Negara Kapitalis 


Dalam kehidupan kapitalis saat ini, peran negara sangat mandul bahkan hampir tidak ada. Hal tersebut karena negara hanya berfungsi menjadi regulator saja. Tidak boleh negara membuat aturan yang mengekang kebebasan rakyat. Akibatnya racun seksual baik pergaulan bebas, perzinaan, pornografi, dan pornoaksi mendapat kebebasan tempat di tengah masyarakat.


Sistem sekuler juga menjadikan negara tidak boleh melakukan pelanggaran hak asasi. Sehingga negara tidak boleh menerapkan hukuman yang merenggut hak hidup, menghukum pelaku homoseksual, merajam para pelaku pemerkosa anak-anak, membredel, media perusak moral dan seterusnya. Negara tidak punya kekuatan untuk menghentikan penyebab yang membuat kerusakan masif pada generasi.


Negara malah menyerahkan upaya perlindungan anak kepada masyarakat dan LSM seperti KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan sejenisnya. Tentu Upaya ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah karena peran lembaga tersebut hanya sebagai "penyapu halaman" yang tidak mampu membersihkan sumber kotoran. Lembaga tersebut tidak mampu menjauhkan berbagai ancaman dan bahaya yang mengintai anak. Lembaga-lembaga itu hanya bisa melakukan pendampingan pada anak yang telah menjadi korban, melakukan mediasi, rehabilitasi mental, dan yang semisalnya.


Negara Islam Benteng Terkuat


Negara dalam kacamata Islam harus mempunyai paradigma yang mampu menyelamatkan generasi. Kekhasan dalam hukum yang diterapkan harus mampu menyelesaikan masalah mulai dari akar hingga ke cabangnya. Hukum tersebut harus diterapkan oleh penguasa, yang tidak hanya bertanggung jawab di hadapan rakyat, melainkan juga bertanggung jawab kepada sang penciptanya, Allah Swt.


Dalam Islam pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengurus urusan rakyat dan sebagai perisai bagi rakyatnya. 


Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasul saw. bersabda, bahwa: ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas pihak yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.

 

Juga dalam riwayat Muttafaqun 'alaih Rasulullah saw. bersabda, bahwa: Sesungguhnya Imam khalifah itu adalah perisai bagi orang-orang yang berperang di belakangnya dan berlindung dari musuh dengan kekuasaannya.


Jadi dalam Islam negara merupakan benteng terkuat yang harus bisa melindungi generasi dari perusakan jenis apapun. Perlindungan yang dilakukan harus sistemik. Yaitu meliputi berbagai aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung, melalui berbagai macam peraturan yang dibuatnya. Seperti pengaturan dalam ekonomi, pendidikan, sistem sosial, media massa, sistem kontrol sosial kemasyarakatan, serta pengaturan sistem sanksi yang tegas dan membuat jera.


Beragam pengaturan tersebut akan membangun perlindungan yang utuh bagi anak-anak. Selanjutnya negara harus mampu menjadikan orang tua, keluarga, juga masyarakat menjadi benteng-benteng perlindungan anak secara berlapis-lapis. Dengan kekuatan terbesar berada di lapisan benteng terluar yakni negara.


Mekanisme inilah yang tidak akan bisa ditembus oleh ide-ide liberalis, kapitalis, serta ide perusak lainnya. Mereka tidak akan mampu menyentuh anak-anak. Anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi muslim yang tangguh, menjadi mutiara di tengah umat, juga menjadi pejuang dan pembangun keberlangsungan negara. Semua itu berada dalam lindungan dan kontrol negara.


Negara yang bisa melakukan peran besar tersebut tidak lain adalah negara yang kuat. Negara yang hanya memiliki dan memegang erat ideologi sahih. Ideologi yang terpancar dari keimanan dan akidah Islam. Negara itu adalah yang menerapkan aturan Islam secara sempurna (kafah).


Wallahualam bissawab.


 





0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts