SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Senin, 20 Februari 2023

Oleh. Rita Handayani 

(Penulis dan Founder Media)





Ragam Formula - Allah Swt. telah memberikan kenikmatan bagi manusia untuk dapat berbicara, bercerita, bercanda dan tertawa dengan manusia lainnya. Bersamaan dengan hal itu, ada hal yang harus kita sadari. Bahwa, kenikmatan apapun yang telah Allah Taala berikan kepada hamba-Nya tentu tidak diberikan hanya untuk bersuka ria, apalagi untuk membuahkan dosa. Begitu pula dengan nikmat lisan, bestie ragamers.


Akan tetapi, pada kenyataannya saat ini kita seakan telah terbiasa dalam menyaksikan sebagian orang dengan mudahnya mengumbar keburukan juga aib orang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Lidahnya yang tidak bertulang benar-benar lunglai dalam membicarakan aib atau kemaksiatan orang lain. Bahkan dengan kecanggihan teknologi, semakin canggih juga dalam memakan bangkai saudaranya tersebut.


Sebagaimana Allah Swt. jelaskan dalam firmannya: “Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12).


Dalam ayat di atas, Allah ta’ala menyamakan orang yang menggibah saudaranya seperti memakan bangkai saudaranya.


Jari jemarinya asyik dimainkan dan mengetikkan hal-hal yang tidak sepatutnya disampaikan kepada orang lain. Bahkan dengan mudahnya mereka memviralkan potongan ucapan seseorang di media sosial. 


Tentu kita meyakini bahwa Allah Taala jauh lebih mampu memerintahkan para malaikat-Nya untuk mencatat seluruh ucapan manusia. Tak terlewat sekecil apapun itu, baik ucapan itu disampaikan dengan berteriak, lirih, maupun hanya berbisik. 


Sebagaimana Allah Swt.

 berfirman dalam Al-Qur’an, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, kecuali di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)


Tidak dapat dipungkiri bahwa secara naluriah manusia memiliki sifat egois. Tidak memikirkan perasaan orang lain dan dengan seenaknya mengumbar keburukan atau kelemahan orang lain. Sampai kita lupa untuk memperbaiki diri sendiri.


Memang terasa berat untuk meninggalkan perbuatan dosa yang satu ini. Karena menahan lisan itu tidaklah semudah saat menahan dahaga, benarkan bestie ragamers? Seseorang bisa dengan mudahnya tidak minum, walaupun terik matahari menyengat. 


Namun, menahan tidak membicarakan keburukan orang lain di saat bestie ragamers tahu segala tentangnya, itu lebih berat. Karena beratnya, maka besar pula balasan bagi bestie ragamers yang mampu menjaga lisan dari mengumbar aib orang lain. 


Hal ini terdapat dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw. bersabda: 


“Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan orang yang susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)


Ada sebuah kisah yang bisa menjadi contoh bagi kita, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Suatu ketika, seorang laki-laki datang membawa berita kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab. 


Laki-laki itu berharap akan mendapatkan tanggapan yang baik dari khalifah yang terkenal tegas dan gagah berani tersebut. Dia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, saya melihat si Fulan dengan si Polan berpelukan di balik pohon kurma.” 


Namun, apa yang didapatkan laki-laki itu? Bukannya mendapat pujian karena telah merasa menegakkan nahi mungkar. Si laki-laki ini malah dijambak jubahnya oleh Khalifah Umar r.a. 


Lalu khalifah mengacungkan cambuk kepadanya seraya berkata, “Kenapa tidak kamu tutupi kesalahannya dan harapkan kesadaran serta taubat mereka? Bukankah Rasulullah telah mengatakan, ‘Barangsiapa menutupi aib atau kesalahan saudaranya, maka Allah akan menutupi pula aibnya baik di dunia maupun akhirat?'”


Kemudian di lain kesempatan, Khalifah Umar r.a. pernah berpesan kepada khalayak ramai tentang prinsip fiqh yang istimewa. Kata beliau, “Beginilah seharusnya kalian berbuat, jika kalian melihat saudara kalian tergelincir, maka tegakkan dan betulkanlah serta mohonkanlah kepada Allah agar Dia menerima taubatnya. Janganlah kalian menjadi pembantu setan untuk menyesatkannya.”


Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Khalifah Umar r.a. tersebut, adalah kita dianjurkan untuk saling menutupi aib saudara-saudara kita yang lain.


Sebagian orang ketika melakukan kemaksiatan ada yang berupaya menutupi kemaksiatannya. Namun ada juga sebagian orang yang bermaksiat secara terang-terangan. Maka sikap bestie ragamers sebagai seorang muslim dalam menghadapi golongan yang pertama harus menutupi kemaksiatannya.


Hal tersebut sesuai dengan hadis yang muttafaq alaih dari Ibnu Umar bahwa Rasul saw. bersabda: "Barang siapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia juga di akhirat."


Khutbah bin Amir berkata aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda bahwa: Barang siapa, menutupi aib seorang muslim maka seolah-olah ia sudah menghidupkan anak wanita yang telah dikubur hidup-hidup dari kuburnya.


Sementara jika bestie ragamers menemukan seorang muslim yang dengan terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan, maka tidak ada anjuran untuk menutupi aibnya. Karena dia telah mencemarkan dirinya sendiri juga telah membuka perlindungan Allah baginya.


Hal tersebut sesuai dengan hadis yang mustafaq alaih Dari Abu Hurairah Sesungguhnya ia berkata aku pernah mendengar Rasul SAW bersabda setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan:


"Setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan. Yang termasuk terang-terangan dalam kemaksiatan dan kefasikan adalah jika seseorang melakukan kemaksiatan di malam hari, padahal Ia telah ditutup aibnya oleh Allah. Kemudian pada pagi harinya ia berkata Wahai Fulan aku tadi malam melakukan begini dan begini. Orang tersebut di malam hari telah ditutupi aibnya oleh Allah. Tetapi di pagi harinya ia membuka sendiri Perlindungan Allah padanya."


Namun meski demikian, seorang muslim hendaknya mampu menjaga lisan dalam membicarakan kemaksiatan orang lain yang secara terang-terangan melakukan maksiat. Hal ini bukan dalam rangka untuk menutupi aibnya tetapi karena khawatir akan tersebarnya perbuatan keji di tengah masyarakat yang beriman juga karena semata-mata untuk menjaga lisan dari mengatakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Kecuali dalam membicarakan kemaksiatan tersebut untuk mengingatkan akan bahayanya orang fasik, yang telah melakukan maksiat secara terang-terangan tadi.


Ingatlah! Bertepuk tangan di dalam dulang, airnya akan mengenai muka kita, bestie ragamers. Demikianlah ibaratnya, jika bestie ragamers membuka aib saudaranya, maka dampaknya pun akan kembali kepada diri sendiri.


Insya Allah, jika bestie ragamers berusaha untuk menutupi aib saudara bestie. Maka Allah pun akan menutupi aib bestie ragamers baik di dunia maupun di akhirat nanti.


“Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)


Wallahualam bissawab.




0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts