SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Minggu, 04 Juni 2023

Oleh. Apt, Arimbi N.U, S.Farm

(Work at Home)





Menjadi seorang istri dan ibu mungkin merupakan impian semua wanita. Namun ternyata, menjalani peran-peran itu tidaklah mudah. Banyak kasus yang menimpa peran seorang ibu.


Seperti, yang terungkap dalam data laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2023. Pada populasi ibu hamil, menyusui, dan ibu dengan anak usia dini, terjadi jumlah gangguan kesehatan mental yang tinggi. Bahkan di Lampung, 25 persen wanita mengalami gangguan depresi setelah melahirkan.


Selain itu, terdapat juga penelitian skala nasional. Menunjukkan 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues. Angka ini menjadi tertinggi ketiga di Asia.


Baby blues syndrome atau sindrom baby blues adalah perubahan suasana hati setelah kelahiran. Sindrome ini bisa membuat ibu merasa terharu, cemas, hingga mudah tersinggung. Ini diperkirakan terkait dengan perubahan hormon selama minggu-minggu awal kelahiran.


Sindrom blues disebut juga sebagai postpartum blues yang biasanya dialami oleh sekitar 80 persen ibu baru.

Kondisi ini dapat membuat ibu jadi tidak sabaran, mudah marah, khawatir dengan masalah ibu menyusui. Bahkan hingga khawatir dengan kesehatan bayi.


Padahal, mungkin saja sebenarnya bayi sedang baik-baik saja. Bayi tidak mengalami masalah kesehatan.

Tak jarang juga, ibu bisa merasa lelah tapi sulit tidur dan terus menangis tanpa alasan yang jelas.


Menurut Pregnancy Birth and Baby, sebuah layanan untuk memberi dukungan dan informasi bagi orang tua. Mengatakan, sindrom ini bisa muncul dalam kurun waktu 3-10 hari setelah melahirkan. Sindrom ini biasanya berlangsung kurang lebih selama 2-3 hari di masa nifas. 


Apabila seorang wanita mengalami hal ini, maka dia sangat membutuhkan dukungan suami. Juga lingkungan di sekitarnya untuk melewati kondisi baby-blues ini. Karena bila tidak teratasi dan berlarut-larut. Maka bukan tidak mungkin akan mengarah pada terdepresi pascamelahirkan (postpartum depression).


Penelitian yang dilakukan oleh praktisi kedokteran, komunitas dari Health Collaborative Center dan FKUI, Ray Wagiu Basrowi. Menyebutkan pada populasi ibu menyusui di Indonesia selama pandemi menunjukkan enam dari 10 ibu menyusui tidak bahagia. Akibat kurang suportifnya sistem pendukung di keluarga dan masyarakat.


Pada sistem kapitalistik saat ini, memang sulit untuk mendukung seorang ibu. Dalam menjalani perannya sebagai ibu. Juga fungsinya sebagai seorang ibu secara optimal.


Contohnya seorang wanita yang bekerja di suatu perusahaan. Pada saat dia melahirkan dan menjadi seorang ibu, maka dia akan dibatasi oleh waktu cuti hamilnya. Dia belumharus segera kembali bekerja dalam kurun waktu tertentu sehingga dalam merawat dirinya maupun bayinya optimal.


Demikian juga dengan suaminya, apabila yang dipikirkan hanya mencari nafkah. Atau hanya agar terpenuhinya kebutuhan secara materi saja tanpa diimbangi dukungan secara moral dan perhatian. Maka hal tersebut membuat kondisi baby blues sindrome yang dialami ibu sulit untuk terselesaikan.


Agar hal ini tidak semakin runyam. Kita perlu melihat bagaimana Islam memberikan solusi atas hal ini.


Yang pertama, Islam menyiapkan generasi sebagai calon orang tua yang tangguh dengan sistem pendidikannya. Dengan kurikulum berbasis akidah Islam, setiap individu akan memiliki fondasi akidah Islam yang kukuh. 

Para calon ibu dan ayah yang memahami peran mulia sebagai orang tua, tidak akan mudah mengalami gangguan stres atau depresi saat mengarungi berbagai ujian hidup.


Mereka juga memahami bahwa anak adalah titipan sekaligus amanah dari-Nya. Mereka akan melakoni perannya dengan baik. Karena di situlah letak kemuliaan orang tua di sisi Allah.


Kedua, dukungan sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan. Untuk menghilangkan stres dan beratnya beban hidup, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat secara optimal. Seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

 

Jika ayah mendapat kemudahan mencari nafkah, ia bisa menghidupi keluarganya dengan baik. Kaum ibu juga tidak perlu bekerja demi membantu perekonomian keluarga. Para ibu bisa fokus mengasuh dan mendidik anak mereka.


Ketiga, sistem pendukung berupa lingkungan sosial masyarakat yang islami. Masyarakat yang bersih dari kemaksiatan, masyarakat yang peduli dan terbiasa beramar makruf nahi mungkar, saling menolong dan menyayangi antar sesama.

Demikianlah, rahmat syariat Islam akan tampak jika diterapkan secara kaffah.


Wallahualam bissawab. 


Sumber:

- Ameera.republika.co.id

- Hellosehat.com

- Muslimahnews.net



0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts