SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Rabu, 07 Juni 2023

Oleh. Yuli Atmonegoro

(Pengemban Dakwah Serdang Bedagai)




Anak laki-laki berusia 9 tahun meninggal dunia, diduga akibat dikeroyok oleh kakak kelas. Anak berinisial MHD yang masih duduk di kelas 2 SD ini, merupakan warga Sukaraja, Kabupatrn Sukabumi, Jawa Barat. Anehnya, saat tubuhnya sudah merasakana kesakitan, namun MHD tidak berterus terang kepada keluarganya. 


Untuk mencari tahu penyebabnya, Dokter meminta kepada keluarga MHD untuk berpura-pura keluar ruangan. Kemudian pihak keluarga bersembunyi dibaalik tirai, agar dapat mendengar pengakuan sang anak. Sang anak mengaku bahwa dirinya kesakitan karena dikeroyok oleh kakak kelasnya. Bahkan, sebelum MHD menghabiskan nafas terakhirnya, ia sempat menyebutkan nama salah seorang terduga pelaku pengeroyokan tersebut.


Kakek korban MY (52) menjelaskan detik-detik sang cucu menutup mata untuk selama-lamanya. "Ketika ditanya siapa yang melakukan (penganiayaan), korban hanya bilang AZ. Namun, itu tidak berlanjut karena suara korban sudah tidak ada" Ujarnya pada Tribun Tangerang, Sabtu(20/05/23).


Peristiwa ini adalah cerminan wajah dunia anak-anak saat ini. Dimana anak-anak bukan hanya menjadi korban kekerasan, tetapi juga menjadi pelaku. Bahkan sampai mampu berbuat tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang. Sungguh perbuatan yang sudah melampaui batas.


Anak-anak yang masih seusia ini, seharusnya masih fokus belajar. Anak seusia ini, seharusnya masih dalam pengawasan orang tua dan Guru. Segala tindakan dan perbuatan seharusnya masih polos dan masih bertindak dan berfikir seperti layaknya anak seusianya. 


Tetapi pada kenyataannya, banyak anak-anak sekarang yang bertingkah laku dan berbuat tidak sesuai dengan usianya. Lalu, apa yang membuat anak-anak sekarang tidak terkontrol dan melampaui batas? Adakah faktor pemicu mengapa mereka menjadi seperti ini? Ya, sudah pasti ada faktor peemicunya. Bukan hanya satu, tapi ada banyak faktor yang tidak kita sadari.


Inilah penyebab rusaknya pola pikir dan prilaku anak-anak saat ini.


1. Kurang atau tiadanya bimbingan dari orang tua. 


Kesibukan orang tua hari ini karena beratnya beban hidup. Yang dihasilkan oleh sistem kapitalis saat ini. Membuat banyak orang tua tidak lagi mampu meluangkan waktu untuk mendampingi, meniaga dan mendidik anak. 


Para orang tua dibebankan dengan biaya hidup yang tinggi. Membuat mereka harus meninggalkan rumah dan anak-anak mereka untuk mencari penghasilan lebih. Terutama ibu-ibu, yang saat ini lebih banyak ditemukan diluar rumah sebagai pekerja, dibandingkan dengan ibu-ibu yang duduk diam dirumah, mengurus anak-anak dan suami saja. 


Para istri saat ini merasa harus ikut bertanggung jawab soal nafkah hidup dalam rumah tangga. Banyak alasan yang mendasarinya mulai dari faktor kekurangan biaya hidup, merasa tidak mau duduk diam dirumah, ingin menyalurkan bakat dan kemampuan karena sudah bertitel sarjana atau bahkan karena trend dan terpengaruh isu persamaan gender. Serta ingin mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi memperkaya diri agar terlihat "punya dan berada."


Tak ayal, para istri tidak lagi memiliki waktu untuk mengurus anak dan rumah sesuai dengan kodratnya sebagai seorang perempuan. Alhasil, anak-anak tak lagi terurus dengan baik. Kebutuhan mereka untuk dididik, diperhatikan, dibimbing, dilayani dan diarahkan saat anak-anak berbuat kesalahan, tak lagi terpenuhi. 


Anak sudah kehilangan sosok ibu sebagaimana mestinya. Sosok ibu yang mereka temui saat ini adalah sosok ibu sebagai tulang punggung. Rutinitasnya sudah sama seperti sosok ayah, yang pergi pagi pulang sore bahkan sampai malam, hanya untuk mencari nafkah. 


Bagi para ibu saat ini, yang penting semua kebutuhan materi anak tercukupi. Mereka tak lagi memikirkan sikoligis dan mental anak. Yang membutuhkan hal lain yaitu kasih sayang dan perhatian.


Oleh sebab itu, anak-anak mencari cara lain untuk mendapatkan perhatian dengan cara yang lain. Bahkan tidak sedikit mencari cara yang tak biasa. Sekadar untuk memenuhi naluri yang tak terpenuhi oleh orang tua mereka. 


2. Lingkungan yang tak lagi aman untuk anak-anak


Pergaulan bebas yang tercermin dari bobroknya sistem kapitalis. Membuat lingkungan tak lagi aman untuk anak-anak. Contohnya, perihal porno aksi, LGBT, kekerasan dan bullying, minuman keras, narkoba, dan hal buruk lainnya yang tak lagi dapat disembunyikan dari mata anak-anak kita. 


Bukan hanya di kota, bahkan di desa sekalipun tak kalah buruknya. Mereka merasa bebas berperilaku dan bertingkah sesuka hati mereka. Akibatnya, hal ini menjadi contoh nyata yang terpampang jelas di depan mata anak-anak kita, sehingga mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku mereka.


3.Tontonan yang rusak dan tidak mendidik bagi anak-anak


Canggihnya teknologi bukan hanya menambah maju pesatnya trend hidup manusia saat ini. Seiring dengan itu, kehancuran generasi juga membayangi wajah negeri kita yang tercinta ini. Bagaimana tidak, generasi kita saat ini mudah mengakses program-program yang rusak dan tidak mendidik. 


Akses yang sangat mudah dijangkau seperti televisi, internet dan sosial media. Serta aksi-aksi nyata tentang rusaknya pergaulan saat ini. Sungguh sangat mudah untuk dinikmati. 


Terlebih lagi,mayoritas anak-anak saat ini sudah memiliki gadget sendiri. Baik karena tuntutan pendidikan saat ini yang diharuskan menggunakan gadget. Juga karena trend yang sudah merebak, bahwa gadget merupakan salah satu kebutuhan pokok saat ini.


Bagi yang tidak memilikinya dianggap tidak trendi dan dianggap tidak mampu. 

Gadget yang notabene selalu dalam genggaman. Ditambah lagi dengan banyaknya situs dan tontonan menarik, sangat mudah untuk diakses. 


Banyak figur-figur terkenal mempertontonkan hal yang tidak pantas untuk dilihat. Seperti pamer harta, pamer aurat, kata-kata tak senonoh dan perilaku menyimpang. Serta kekerasan pun dapat sangat mudah dilihat oleh anak-anak kita.


Dengan tontonan rusak seperti ini, wajar jika anak-anak sekarang berperilaku buruk dan tak dapat dikendalikan. Perlu peran Negara untuk mengurusi dan menjaga. Serta memastikan agar anak-anak yang notabene adalah generasi penerus bangsa ini, tetap terjaga akhlak, tingkah laku, dan yang paling penting adalah pola berpikir.


4. Jauhnya dari nilai-nilai agama


Di sistem sekuler kapitalis ini, agama dijauhkan dari poros kehidupan. Sudah pasti akhlak dan perilaku serta pola berpikir anak menjadi rusak dan menyimpang. Agama tak pernah dikaitkan dengan pergaulan dan prilaku anak. Agama dianggap tak penting dalam mengatur kehidupan dan pergaulan. 


Alhasil, anak-anak merasa janggal dan malu saat kehidupan mereka dikaitkan dengan aturan agama. Mereka merasa kuno dan malu saat mengikuti aturan agama. Malu menampakkan identitas Islam dalam dirinya. Bahkan banyak dari anak-anak kita yang tanpa sadar anti dan membenci aturan Islam (islamofobia).


Padahal, dengan menerapkan Islam dalam kehidupan, anak-anak akan terjaga secara mental, perilaku dan pola pikir. Karena Islam telah Allah turunkan dengan sangat sempurna untuk mengatur kehidupan kita.

Lalu, jika generasi kita terus seperti ini, apakah kita berdiam diri dan menyerahkan bangsa yang kita cintai ini ketangan anak-anak yang berperilaku, berakhlak dan berpola pikir yang rusak ini? Islam adalah solusi hidup.


Wallahualam bissawab. 




0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts