SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Rabu, 18 September 2024

Oleh. Rita Handayani 

(Penulis dan Founder Media)


Semula semua anak adalah baik. Karena Allah telah menginstal di dalam dirinya fitrah yang lurus. Namun mentor dan lingkungan dapat mempengaruhi hingga di luar yang seharusnya. 


Sungguh sangat miris! Seorang anak dapat melakukan rangkaian perbuatan sangat keji. Seperti realita hari ini yang kita hadapi. Tampak potret generasi makin suram yang membuat para orang tua makin geram.


Salah satu kasus, yang sedang ramai diperbincangkan empat remaja di bawah umur di Sukarami, Palembang, Sumatera Selatan, memperkosa dan membunuh seorang siswi SMP berinisial AA (13). Setelah mereka menonton film dewasa. (CNNIndonesia, 06/9/2024)


Rusaknya Fitrah Anak


Semakin maraknya kejahatan terhadap anak dengan pelaku yang masih anak-anak pula, ini menunjukkan mereka kehilangan masa kecil yang bahagia, bermain dan belajar dengan tenang, sesuai dengan fitrah anak dalam kebaikan. Akibat kecanduan pornografi membuat mereka berperilaku bejat bahkan bangga dengan kejahatan yang dilakukannya, naudzubillah tsumma naudzubillah.


Fenomena rusaknya fitrah generasi ini juga menggambarkan media di tanah air yang makin liberal. Sementara tidak ada keseriusan dari negara dalam menutup konten-konten pornografi yang bertujuan demi melindungi generasi. Tak hanya itu, kasus ini juga menunjukkan sistem pendidikan telah gagal. Karena nyatanya anak menjadi pelaku kejahatan sudah terjadi berulang. Ini menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia sedang tidak baik-baik saja.


Anak-anak yang menjadi pelaku kejahatan terus meningkat setiap tahunnya dan terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Ini bukan lagi sekadar kasuistik, tetapi sudah menjadi fenomena rusaknya anak-anak Indonesia. Juga merupakan fenomena gunung es karena tidak semua kasus yang terjadi dilaporkan. Tentu ini merupakan problem serius, yang pembenahannya harus menyeluruh baik pada keluarga, lingkungan, juga negara.


Keluarga yang merupakan lingkungan terdekat anak-anak. Bahkan, keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Namun sayang, perannya saat ini tidak dapat berjalan optimal. Banyak penyebab ibu tidak dapat menjalankan peran fitrahnya. Diantaranya karena arus kesetaraan gender, banyak ibu bekerja, hingga keterpaksaan akibat kemiskinan. Demikian juga, tingginya kasus perceraian pun berpengaruh terhadap kepribadian anak.


Sedangkan lingkungan hari ini, baik sekolah ataupun masyarakat, malah lebih banyak memberikan contoh yang tidak baik untuk anak-anak. Pun demikian juga dengan media, banyak penayangan konten yang berisi kejahatan dan berbagai kemaksiatan, seperti adegan film dewasa hingga pornografi, yang dengan mudah bisa diakses anak-anak melalui gadgetnya. Jelas itu semua memberikan dampak pada keluarga.


Sekuler - Kapitalisme


Penerapan sistem sekuler - kapitalis yang merupakan asas dari kebijakan negara jelas sangat berdampak atas semua bidang kehidupan. Sistem ekonomi kapitalisme membuat rakyat hidup miskin. Kurikulum pendidikan sekuler yang hanya berorientasi pada materi dan menihilkan pendidikan agama, membuat anak jauh dari kepribadian yang terpuji.


Sistem informasi liberal, yang tanpa filter ketat dari negara membuat adegan dewasa dan kekerasan gampang diakses oleh anak-anak di bawah umur.


Sedangkan sistem sanksi yang amat lemah membuat kemaksiatan semakin merajalela. Yang akhirnya menjadi tuntunan untuk anak-anak yang belum utuh cara berpikirnya. Ditambah negara membiarkan masuknya gaya hidup Barat. Seperti, hedonisme, permisivisme, pergaulan bebas, dan lainnya sudah mempengaruhi masyarakat tanah air. Pun demikian negara telah mengadopsi berbagai pemikiran sesat yang telah diaruskan global seperti moderasi beragama, HAM, dan kesetaraan gender yang telah merusak tata kehidupan masyarakat.


Semua itu adalah faktor perusak fitrah anak yang awalnya bersih dan polos. Akhirnya anak mencontoh segala yang didengar dan dilihat. Anak-anak menjadi “dewasa dalam konotasi negatif” sebelum waktunya, tanpa memahami standar baik dan buruk, terpuji dan tercela, halal dan haram.


Diatur oleh Islam


Tentu fenomena rusak ini tidak akan terjadi jikalau kehidupan ini diatur oleh aturan Islam secara kafah. Akidah Islam yang merupakan asas kehidupan, menjadikan ketakwaan setiap individu akan tercermin pada keluarga, sekolah, masyarakat, serta negara. Pendidikan instrumen vital bagi masa depan generasi guna menjaga dan membangun peradaban mulia.


Kebijakan negara yang mengikuti syariat Islam akan mampu menjaga fitrah anak. Sehingga tumbuh kembang anak bisa optimal dan memiliki kepribadian Islam yang mulia. Negara juga mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sehingga ibu bisa optimal dalam menjalankan perannya sebagai madrasah utama dan pertama. Negara juga tidak akan menghalangi kiprah perempuan sepanjang sesuai hukum syarak.


Demikian juga dengan sekolah dan masyarakat akan menjadi lingkungan yang kondusif dalam membangun kepribadian mulia. Negara juga akan mampu mewujudkan sistem informasi yang aman serta menjamin kebersihan pemikiran generasi dan masyarakat. 


Selain itu, negara juga akan membentengi masyarakatnya dari pemikiran yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Sistem sanksi Islam yang tegas dan menjerakan, akan diterapkan negara demi mencegah terjadinya kemaksiatan dan kejahatan.


Tidakkah kita menginginkannya?

Wallahualam bissawab. 



0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts