SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Sabtu, 14 Januari 2023


Oleh. Rita Handayani

(Penulis dan Founder Media)





 

Kematian adalah sebuah misteri kehidupan. Kita tidak tahu dalam kondisi apa akan berjumpa dengan maut. Bagi seorang muslim tentu meyakini kematian itu adalah dinding pemisah antara kehidupan fana dengan kehidupan abadi. Kita meyakini ada alam lain, selain alam dunia, yakni alam akhirat.

 

Pada masa sekarang kematian menjadi momok yang sangat menakutkan. Hal ini tidak hanya dirasakan bagi yang non muslim saja. Bahkan sebagian besar dari kaum muslimin juga merasakannya.

 

Lain halnya di masa Rasulullah saw. dan para sahabat, juga pada kepemimpinan khalifah mulai dari masa Muawiyah, Abasiyah, sampai Utsmaniyah. Telah sukses mendidik dan membentuk mental kaum muslimin. Sehingga sebagian besar dari umat Islam lebih menyukai kematian dibanding dengan hidup mewah di dunia.

 

Alhasil banyak lahir para pejuang tangguh yang tidak takut dengan maut. Mereka juga tidak takut berhadapan dengan kaum kafir dalam memperjuangkan agama Allah Taala. Hal itu membuat para prajurit Allah swt totalitas dalam berlaga di medan perang.

 

Mereka berjihad dengan keimanan dalam puncak ketinggiannya. Sehingga tusukan pedang dan panah bagai gigitan semut yang tidak punya arti. Kecuali hanya sedikit saja yang terasa.

 

Puncak Kematian Terbaik

 

Mati syahid adalah puncak kematian terbaik dunia akhirat. Kondisi husnul khatimah ini banyak dirindukan oleh para sahabat. Sebagaimana kisah hidup panglima perang Khalid Bin Walid, yang mencari kematian dengan terjun ke setiap medan perang.

 

Panglima Khalid bin Walid sering ditugaskan menjadi pemimpin pasukan kaum muslimin. Sejak masa Rasulullah saw. hingga pada zaman kekhilafahan Umar Bin Khattab. saking piawainya dalam mengatur strategi perang sehingga ada ungkapan yang sangat masyhur di kalangan kaum muslim; "tidak ada peperangan yang diikuti oleh Khalid bin Walid kecuali pasukannya mendapatkan kemenangan"

 

Namun qada Allah berkata lain untuk Khalid bin Walid. Khalid adalah panglima perang yang dijuluki pedang Allah yang selalu terhunus, oleh Rasulullah saw. Akhir kehidupan sang panglima perang saat membaca dua kalimat syahadatnya bukan di medan jihad namun di atas tempat tidurnya.

 

Tak hanya Walid, yang berupaya untuk mendapatkan kondisi husnul khatimah. Para sahabat lainnya pun banyak yang memohon kepada Allah Taala supaya bisa dimatikan dalam kondisi syahid di medan perang. Sebagaimana doanya Umar Bin Khattab kapada Zat pemilik jiwa.

 

"Ya Allah, berikan aku anugrah mati syahid di jalan-Mu. Serta jadikanlah kematianku di negeri Rasul-Mu saw." (HR. Bukhari 1890)

 

Anjuran Mati Syahid

 

Doa atau permohonanan supaya dimatikan dalam keadaan syahid, ternyata dianjurkan Rasulullah saw. Banyak dalil yang membahas hal ini. Salah satunya dari Sahl bin Hinaif R.a. yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ibnu Majah "Siapa yang jujur minta supaya mati syahid maka Allah mengangkat derajatnya, sebagaimana derajat orang yang mati syahid. Meskipun dia akan mati di ranjang."

 

Imam An Nawawi, menjelaskan dalam Syarh Shahih Muslim, an-Nawawi, 13/55. Pada pembahasan hadis tersebut, terdapat anjuran untuk berdoa meminta supaya mati syahid. Juga anjuran untuk memiliki niat yang baik.

 

Doa memohon mati syahid adalah doa kebaikan. Karena Allah Swt. telah memberikan janji balasan yang sangat besar. Bagi orang yang mati dalam keadaan syahid.

 

Dikisahkan dari Anas bin Malik Ra dalam riwayat Bukhari dan Muslim. Rasul pernah bersabda bahwa semua orang yang masuk surga punya angan-angan untuk kembali ke dunia dan mereka memiliki segala yang ada di dunia. Kecuali mereka yang mati syahid. Para syuhada bercita-cita kembali ke dunia agar kemudian dibunuh, berulang 10 kali. Setelah mengetahui besarnya pahala yang telah Allah berikan untuknya.

 

Wanita pun Bisa

 

Jika umumnya para syuhada adalah lelaki. Maka apakah kaum wanita boleh meminta supaya bisa mati syahid?

 

Hukum syariat Islam berlaku secara umum. Bagi seluruh umat manusia. Terkecuali jika ada pengkhususan untuk golongan tertentu. Sehingga dalam hal ini, kaum wanita juga dapat memohon agar bisa mati syahid.

 

Karena keinginan, harapan, dan cita-cita supaya mendapat mati dalam keadaan syahid tidak hanya dimiliki oleh kaum lelaki. Maka anjuran untuk mati syahid ini pun tidak hanya berlaku bagi laki-laki. Namun juga bisa dilakukan oleh para wanita.

 

Kisah dari seorang Ummu Haram binti milham bisa menjadi salah satu landasan dasar dalilnya. Ia adalah istri Ubadah bin Shamit R.a. dan merupakan mahram Rasul saw. Saat Rasul bersabda beliau mendengarnya.

 

Dikatakan oleh Rasulullah bahwasanya pasukan pertama dari kalangan Rasul yang berperang menyeberangi lautan mereka diwajibkan. Kemudian Ummu Haram langsung meminta supaya termasuk bagian di antara mereka saat mendengar hadis tersebut. Rasul saw pun mengabulkan dengan bersabda; "Engkau termasuk bagian mereka."

 

Selanjutnya Anas bin Malik R.a. menjadi saksi sejarah. Saat Ummu Haram menjelang syahid. Diriwayatkan oleh Bukhari, dikatakan;

 

Kala itu Ummu Haram berangkat dengan suaminya yaitu Ubadah bin Shamit untuk berperang bersama kaum muslimin. Yang dipimpin Muawiyah r.a. dengan pertama kali menyeberangi lautan. Kemudian setelah mereka pulang dari peperangan, rombongan tersebut singgah di Syam. Selanjutnya dibawakanlah seekor unta untuk dinaikinya, tetapi unta itu meronta hingga Ummu haram jatuh dan meninggal dunia.

 

Meninggalnya Ummu Haram dalam perjalanan pulang dari jihad adalah bagian bukti. Ia mendapatkan janji Nabi saw. untuk masuk surga. Itulah sebaik-baik kematian, yaitu mati dalam kondisi husnul khatimah.

 

Tiga Kondisi Mati Syahid

 

Setidaknya terdapat tiga kondisi saat seorang muslim mati syahid. Kondisi itu diantaranya adalah sebagai berikut;

 

Pertama, Syahid Akhirat

 

Syahid akhirat adalah kondisi kematian di luar medan perang (jihad). Namun ia memperoleh pahala mati syahid di akhirat. Akan tetapi tetap diberlakukan hukum umum jenazah yaitu dengan memandikannya, mengkafani, serta menyalatkan.

 

Contoh dari Syahid akhirat adalah orang yang mati karena tenggelam, saat nifas atau melahirkan, mati karena kebakaran, mati karena penyakit paru, TBC, dan orang yang mati karena penyakit perut.

 

Kedua, Syahid Dunia-Akhirat

 

Syahid dunia-akhirat merupakan kondisi kematian di medan perang atau di Medan jihad. Dengan syarat yang dilakukannya ikhlas hanya karena Allah Taala. Ia dijanjikan Allah Swt. mendapatkan pahala syahid di akhirat.

 

Muslim yang dalam kondisi mati di medan perang jenazahnya tidak perlu dimandikan. Juga tidak dikafani hingga tidak disalatkan. langsung dikebumikan beserta baju yang dipakainya.

 

Ketiga, Syahid Dunia

 

Syahid dunia ialah kondisi kematian di medan perang. Tetapi ia melakukannya tidak ikhlas karena Allah. Misalnya termotivasi karena makhluk atau karena ganimah (harta rampasan perang).

 

Meski kondisi jenazahnya tetap tidak dimandikan, tidak dikafani, juga tidak disalatkan. Tetapi langsung dikubur dengan baju yang dikenakannya, sebagaimana kondisi syahid dunia akhirat. Namun ia tidak mendapat pahala syahid di akhirat.

 

Na'udzubillah tsumma na'udzubillah. Tentu kita benar-benar berlindung kepada Allah. dari akhir kehidupan atau kondisi kematian yang buruk.

 

Wallahualam bishsawab.[]

0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts