SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Selasa, 11 Juli 2023

Oleh. Rita Handayani

(Penulis dan Founder Media)


Sepertinya negeri ini tak henti-hentinya dirundung perkara. Dari banyak lini semua bermasalah. Termasuk perkara semakin maraknya kasus perundungan atau bullying di kalangan anak. Ini menjadi sinyal, cerminan gagalnya pendidikan, menghasilkan cacat akhlak anak.


Aksi perundungan biasanya dialami oleh anak-anak pada masa sekolah hingga di lingkungan sekitarnya. Kadang kala, orang tua atau orang dewasa sekitar justru tidak memahaminya. Bahkan menganggap remeh perundungan yang dilakukan oleh anak-anak.


Sebagian menganggap aksi perundungan itu hanya sebuah candaan biasa yang wajar dilakukan oleh anak. Padahal bagi korban bully, buah candaan dari teman-temannya tersebut terasa menyakitkan. Bahkan membekas di benak sang anak sampai dewasa.


Seperti kasus pembakaran sekolah SMPN 2 Pringsurat, Kabupaten Temanggung, beberapa waktu lalu. Ternyata pelakunya adalah siswa sekolah itu sendiri. Motifnya karena sakit hati kepada teman-teman dan gurunya. Ia merasa tidak diperhatikan oleh guru juga sering jadi korban bully teman-temannya. (detik.com, 28 Juni 2023)


Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan, bahwa situasi perundungan saat ini sangat genting. Lembaga tersebut mencatat per 13 Februari 2023 saja, ada sekitar 1.138 kasus kekerasan fisik dan psikis. Bisa jadi peristiwa perundungan sebenarnya lebih tinggi jumlahnya dari data yang ada.


Bahkan, Dosen PGPAUD dan PGSD di salah satu Universitas Negeri di Surabaya, Endrayani Tirtasari, M. Pd., merasa miris karena peristiwa tersebut dinilainya telah mencoreng dunia pendidikan. Juga menyayangkan kasus perundungan seperti ini tidak hanya sekali ini saja terjadi.


Akibat Fatal Perundungan


Perbuatan merundung atau membully bagi sebagian anak, mungkin hanya sebatas untuk bersenang-senang saja. Bisa jadi pelaku perundungan tidak punya niat untuk merendahkan teman. Tapi hanya sekadar having fun saja.


Namun, tidaklah bagi korban. Akibat perundungan, baik sepele atau tidak tetap akan berdampak buruk bagi korban. Mereka yang mengalami perlakuan tidak pantas tersebut, akan merasa harga dirinya terluka. 


Korban perundungan akan merasa malu, sedih, hingga sakit hati, dan depresi. Mereka akan minder, dan tidak percaya diri, hingga melakukan pembalasan karena menaruh dendam, bahkan juga bisa bunuh diri. Jikalau hal ini dibiarkan, maka masalah besar bisa terjadi.


Seperti kasus dalam pembakaran sekolah di SMPN 2 Pringsurat tersebut. Perundungan dilakukan oleh beberapa orang, tetapi satu sekolahan menjadi korban. Akibat kebakaran, banyak kelas rusak dan tidak bisa ditempati lagi untuk belajar. 


Bahkan ruang kelas lainnya juga tidak bisa difungsikan. Belum lagi, jika menghitung kerugian materiil, untuk membenahi sekolah tentu butuh waktu, tenaga, dan dana yang tidak sedikit. Apalagi, kalau sampai ada yang kehilangan nyawa, tentu saja masalah perundungan ini tidak bisa lagi ditoleransi.


Peran Orang Tua


Perundungan bisa terjadi akibat dari banyak sisi yang memengaruhi. Bisa dari kualitas kepribadian peserta didik. Selain itu, peran pendidikan dalam keluarga juga tak kalah pentingnya. Lingkungan juga mewarnai serta perlindungan negara lebih penting dalam menjaga kualitas pendidikan generasinya.


Alat ukur kebaikan anak-anak saat ini adalah media dengan nilai-nilai kebebasan. Ini menunjukkan karakter dan kepribadian yang terbentuk bukan berdasar pada aspek agama. Apalagi ada anggapan negatif pada siswa yang aktif kegiatan kerohanian dan memiliki karakter pemimpin. 


Mereka malah dicap dengan label radikal, intoleran, dan anti-Pancasila. Akhirnya, mereka menjadi generasi yang takut bahkan menjauh dari nilai-nilai agama. Sehingga generasi saat ini malah lebih merasa percaya diri jika jauh dari agamanya.


Selain itu, lingkungan juga terpengaruh dengan budaya-budaya sekularisme. Nilai sekuler yang tidak membolehkan membawa agama di lingkungan publik ini membuat rentang jarak semakin curam antara muslim dengan aturan agamanya. Membuat individualitas lebih dominan ketimbang amar makruf nahi mungkar saat ada penyelewengan hukum syara. Seperti aktivitas membully teman.


Tak hanya keluarga dan lingkungan, negara tak kalah penting dalam perannya sebagai pelindung generasi. Yaitu dengan membuat kebijakan hukum yang tegas bagi perundung. Ketegasan negara juga sangat vital dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pijakan aturan yang digunakan wajib bersumber dari Allah Taala. Sehingga solusi yang terbaik adalah dalam melakukan pencegahan.


Sementara yang bisa dilakukan oleh keluarga atau orang tua saat anaknya, menceritakan kasus pembullyan adalah, sebagai berikut:


1. Mendengarkan dengan Tenang


Ketika seorang anak bercerita tentang pengalamannya yang mengalami bullying, dengarkanlah dengan tenang. Jadikan anak nyaman ketika bercerita. Juga jadilah pendukungnya sepenuh hati.


Kebanyakan anak-anak enggan memberi tahu orang dewasa atau orang tuanya tentang bullying. Karena bisa jadi mereka merasa malu. Juga bisa karena khawatir, kalau orang tua mereka akan marah.


2. Bukan Salah Anak


Para orang tua atau orang dewasa dapat membantu mereka dengan menenangkan bahwa aksi bullying itu bukan karena kesalahan mereka. Ingatkan juga bahwa aksi bullying itu biasanya terkait orang yang terlibat. Jadi bukan orang yang menjadi saran.


Sebab kebanyakan anak akan merasa aksi perundungan yang terjadi akibat dari kesalahan mereka sendiri. Seperti penampilan atau tindakan mereka yang berbeda dari teman-teman pada umumnya


3. Puji Anak


Ketika anak menceritakan pengalamannya dalam meredakan perundungan, puji mereka dengan rasa bangga padanya. Juga bisa dengan memberi tahu kepada anak untuk meniru saat melihat ada anak lainnya melawan perundungan. Jadi minimal, mengingatkan untuk menunjukkan keberanian bahwa mereka tidak bisa diganggu.


4. Bicarakan dengan Guru


Seorang anak seharusnya tidak menghadapi perundungan sendirian. Jadi jika kasus bullying terjadi di lingkungan sekolah, maka orang tua perlu berkomunikasi dengan pihak sekolah. Juga bicarakan dengan guru.


Orang tua bisa menanyakan apakah sekolah punya kebijakan atau kode etik untuk kasus perundungan. Sebab walaupun biasanya sekolah menerapkan program pencegahan bullying, tetapi kadang banyak yang tidak memiliki cukup dukungan. Juga tidak punya sumber daya.


5. Mengajari Anak untuk Jadi Pejuang


Hal yang tak kalah pentingnya adalah mengajarkan anak agar menjadi pejuang. Minimal untuk dirinya sendiri, jika mengalami perundungan maka harus bisa membela diri. Jika tidak berani laporkan kepada guru atau orang tua. Jangan ditanggung sendiri dengan menutupi atau merahasiakannya. 


Anak juga harus berani membantu teman yang terzalimi. Misal, saat melihat kasus bullying di lingkungan sekitarnya. Karena, menjadi pengamat yang pasif saat melihat bullying juga bukan hal yang baik untuk dibiasakan.


Anak bisa diminta responnya, bagaimana rasanya jika ada seseorang yang membela saat dirundung dan bagaimana rasanya saat tidak ada yang membela? Maka anak akan bisa memahami dan mencoba untuk berani melawannya.


To be continued



0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts