SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Rabu, 12 Maret 2025

Penulis: Sendy Novita, S.Pd., M.M.

(Praktisi Pendidik)


Lagi-lagi, Zionis melakukan pembatasan atas jamaah salat di kompleks Masjid Al-Aqsa selama Ramadan. Tentu saja dengan dalih penjagaan keamanan. Hal ini menunjukkan bahwa Palestina masih dalam kungkungan penjajahan karena kontrol entitas zionis masih tampak menguasai, yang mana hal ini selalu dilakukan setiap tahunnya. Sedang Gaza, yang konon dikabarkan sedang dalam gencatan senjata, masih saja kesulitan mengakses bantuan dalam berbagai bentuk karena dipersulit untuk masuk. Zionis Israel sangat memahami bahwa umat Islam masih berpotensi melakukan perlawanan, sehingga mereka berupaya segala cara untuk melakukan penekanan.


Bukan karakter Palestina jika hanya diam dan menerima perlakuan kaum zionis tersebut. Sebagai bentuk perlawanan, kelompok Hamas mengajak warga Palestina untuk tetap beribadah di Masjid Al-Quds selama bulan Ramadan. Menjadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan yang penuh berkah didedikasikan untuk ibadah, keteguhan hati, dan perlawanan terhadap musuh dan pemukim ilegal, serta mempertahankan Yerusalem dan Al-Aqsa sampai terbebas dari pendudukan (Antara, Sabtu, 1/3/2025). Selain itu, warga Palestina di seluruh dunia juga diimbau untuk mendukung saudara-saudara mereka di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem sebagai bentuk solidaritas.


Kooptasi, atau proses mekanisme penyesuaian yang ditujukan untuk menjamin stabilitas bagi suatu otoritas dalam menghadapi ancaman, lebih tepatnya adalah karantina wilayah, yaitu penerapan karantina terhadap suatu daerah atau wilayah tertentu dalam rangka mencegah perpindahan orang, baik masuk maupun keluar wilayah itu, untuk tujuan tertentu yang mendesak (Google Searching, 26 Juli 2023). Hal ini dipandang sebagai usaha Israel dalam meyahudikan Yerusalem Timur, di mana Al-Aqsa berada di dalamnya, dengan menghapus identitas Arab dan Islam.


Seperti yang kita ketahui, Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam di dunia. Masjid yang berdiri di kompleks Haram Al-Sharif atau Temple Mount di Kota Tua Yerusalem ini menyimpan banyak peristiwa yang membuatnya istimewa, salah satunya adalah kiblat pertama bagi umat. Awalnya, lokasi Masjid Al-Aqsa merupakan wilayah Palestina, namun saat ini menjadi wilayah Yerusalem karena pendudukan Israel sejak Perang Arab-Israel 1967. Israel mencaplok seluruh kota pada 1980, yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional. Bahkan Mahkamah Internasional menyatakan bahwa pemukiman tersebut ilegal dan menuntut pemindahan semua pemukim di Tepi Barat dan Timur pada Juli 2024. Umat Yahudi menyebut daerah itu sebagai Temple Mount dan mengklaimnya sebagai situs dua kuil Yahudi di zaman kuno.


Sejatinya, penderitaan yang dialami saudara kita di Palestina tidak akan pernah berakhir selama sistem kapitalisme sekuler menguasai dunia. Hal ini karena Israel mendapat perlindungan dari negara adidaya, Amerika Serikat, yang cenderung tidak peduli dengan kecaman masyarakat internasional terhadap genosida yang dilakukan Israel. Untuk kesekian kali, AS menegaskan bahwa mereka tidak menganggap tindakan Zionis melanggar hukum kemanusiaan internasional dalam perang di Gaza. AS juga bersikukuh bahwa bantuan senjata yang mereka berikan kepada Israel sudah tepat. Bagi AS, Israel adalah alat untuk mengamankan potensi SDA di beberapa wilayah jajahannya.


Banyak pemimpin di negeri-negeri Muslim nyatanya tidak mampu menghentikan penjajahan dan genosida yang terjadi di Palestina. Padahal mereka memiliki kekuasaan, militer, dan alat-alat tempur yang bisa saja mereka gunakan untuk membantu Palestina. Namun sayangnya, mereka hanya diam dengan dalih perjanjian internasional yang mereka sepakati untuk tidak ikut campur urusan negara lain.


Alih-alih mengirimkan tentara/militer, mereka hanya mengutuk serangan Zionis dan sibuk berdiplomasi di depan lembaga internasional untuk mencari solusi atas masalah Palestina. Seolah mereka lupa bahwa lembaga internasional itulah yang justru membidani adanya perang yang berujung pada genosida di wilayah Gaza. Mereka pun merasa puas hanya dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sejatinya bukan solusi untuk mengenyahkan penjajahan Zionis Yahudi.


Meskipun kita mengenal PBB sebagai badan internasional yang menjaga perdamaian dan keamanan dunia, yang bertujuan untuk memelihara perdamaian, mengembangkan kerja sama internasional, dan memajukan hak asasi manusia, dengan 193 negara anggota, nyatanya tak cukup efektif untuk menghentikan genosida Israel terhadap warga negara Palestina. Terbukti PBB justru menjadi media efektif bagi Amerika Serikat dan sekutunya untuk menguasai nasib negeri-negeri Islam melalui para penguasa yang menjadi 'antek'-nya.


Berbagai pembantaian massal lolos dari hukuman internasional karena PBB terbukti terlibat membantu dan menyokong negara-negara penjajah. Sebagai contoh, pembantaian di Srebrenica (1995), yang menewaskan lebih dari 8.000 laki-laki dan remaja etnis Muslim Bosnia; genosida Rwanda (1994), yang menewaskan hampir satu juta jiwa; dan konflik di Kongo (akhir 2000-an) dengan korban jiwa mendekati lima juta jiwa, merupakan bukti nyata kegagalan sistem internasional. 


Sistem ini terkesan hanya menjadi alat legitimasi kepentingan Amerika Serikat, bukan melindungi umat Islam. Tragedi-tragedi kemanusiaan ini diakibatkan oleh lemahnya kepemimpinan dunia Islam dan penerapan sistem kapitalisme sekuler yang terbukti merusak dan membahayakan. Sistem ini telah menumpulkan akal dan nurani para pemimpin, sehingga kezaliman terus berlanjut. 


Oleh karena itu, pembebasan Palestina memerlukan dua pendekatan: pertama, perlawanan fisik (jihad); dan kedua, pembinaan kesadaran umat Islam akan urgensi kepemimpinan Islam yang mampu mempersatukan dunia Islam berdasarkan ideologi Islam, bukan demokrasi sekuler. Persatuan dunia Islam di bawah kepemimpinan tersebut akan memungkinkan terciptanya kekuatan militer yang mampu mengakhiri penjajahan dan membebaskan Palestina, yang merupakan bagian integral dari umat Islam global. 

Wallahualam bissawab.



0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts