SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Selasa, 22 April 2025

Penulis: Khurunninun

(Aktivis Kota Blora)





Di tengah merosotnya daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi yang tak kunjung reda, fenomena penggunaan layanan paylater justru semakin marak. Gaya hidup konsumtif yang dahulu hanya menjadi tren kini berubah menjadi kebutuhan “ terpaksa”. Masyarakat tidak lagi berbelanja karena ingin, melainkan karena harus meski dengan cara berutang. Inilah potret nyata bagaimana sistem sekuler kapitalis telah gagal memberikan solusi yang hakiki bagi kehidupan rakyat.


Terbukti juga dengan jumlah utang Paylater yang begitu besar pada awal tahun ini, seperti yang dilansir dari liputan6.com- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, per Februari 2025 total utang masyarakat Indonesia lewat layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau yang lebih akrab disebut Paylater di sektor perbankan menyentuh angka 21,98 triliun.


Meski angka ini sedikit turun dari posisi Januari 2025 yang berada di 22,57 triliun, secara tahunan justru terlihat kenaikan yang cukup signifikan, yakni sebesar 36,60 persen.


“ Februari 2025 baki debet kredit BNPL sebagaimana dilaporkan dalam SLIK, tumbuh sebesar 36,60 persen yoy menjadi rp 21,98 triliun” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan, Secara Virtual, Jumat (11/4/2025).


Paylater: Solusi Palsu dalam Sistem yang Rusak


Paylater, cicilan tanpa kartu kredit, dam layanan buy now, pay later seolah menjadi pilihan baru bagi masyarakat yang kehilangan daya beli. Padahal, di balik kemudahan itu, tersembunyi jebakan sistemik berupa utang konsumtif, bunga terselubung, dan ketergantungan gaya hidup yang tidak produktif.


Fenomena ini bukan berdiri sendiri, melainkan buah dari sistem ekonomi kapitalisme yang memisahkan atura kehidupan dari agama ( sekulerisme). Dalam sistem ini, negara tidak hadir sebagai fasilitator pasar dan korporasi. Negara hanya menjadi “wasit” yang mempersilahkan masyarakat berkompetisi di area bebas, tanpa ada jaminan kesejahteraan bagi yang kalah.


Kapitalisme Melahirkan Krisis yang Berulang


Daya beli turun bukan semata karena pandemi atau gejolak global, melainkan karena struktur ekonomi yang tidak adil. Ketimpangan ekonomi semakin tajam, distribusi kekayaan dikuasai segelintir elite, sementara rakyat diminta “kreatif” menghadapi hidup yang makin sulit.


Sistem kapitalisme justru mendorong masyarakat hidup di ats utang. Bank, fintech, dan layanan kredit lainnya tumbuh subur bukan untuk menyejahterakan rakyat, tapi untuk mencari untung dari kesulitan rakyat.


Padahal Islam telah memperingatkan bahayanya transaksi ribawi dan gaya hidup konsumtif. Allah SWT berfirman:


“Allah musnahkan riba dan menyuburkan sedekah...” (QS. Al-Baqarah:276)


Islam menawarkan solusi sistemik berbeda dengan kapitalisme, Islam tidak sekedar melarang riba atau mengatur akhlak individu. Islam menawarkan sistem ekonomi yang komprehensif. Dalam sistem Islam, negara berkewajiban menyediakan kebutuhan dasar rakyat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dam kesehatan tanpa syarat dan bukan berbasis utang. Islam melarang negara membiarkan rakyat hidup dari utang konsumtif, apalagi dari praktik ribawi.


Kesimpulan

Lonjakan layanan paylater dan turunnya daya bli rakyat adalah alaram keras bahwa sistem hari ini sedang sakit. Penyakitnya bukan sekadar inflasi, tetapi kerusakan sistemik dari ideologi sekuler kapitalisme. Sudah saatnya umat Islam sadar bahwa solusi tidak cukup dengan edukasi keuangan atau bijak berbelanja, tapi dengan kembali pada aturan Allah secara menyeluruh.


Karena hanya dengan penerapan syariat Islam secara kaffah lah, keadilan sosial dan kesejahteraan hakiki bisa diwujudkan bukan dengan utang, tapi dengan berkah dari langit. Wallahua’lam...

0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts