SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Kamis, 14 Agustus 2025

Kamera dunia, tanpa henti, menyorot Jalur Gaza yang berduka. Lebih dari 60.000 nyawa melayang sejak Oktober 2023, dengan 18.000 di antaranya adalah anak-anak. Angka-angka ini bukan sekadar statistik, melainkan potret kelam dari sebuah genocida gaza yang terencana. 

Dunia menyaksikan bagaimana Israel menggunakan "pelaparan sistemis" sebagai senjata, membiarkan anak-anak kecil meregang nyawa karena kelaparan. Di satu sisi, banyak negara mulai membuka mata dan mengakui Palestina sebagai sebuah negara. 

Namun, di sisi lain, sebuah ironi menyakitkan terungkap: para pemimpin di negara-negara Arab dan Muslim justru menunjukkan sikap yang membingungkan, bahkan berkhianat.

Realitas ini adalah cerminan kegagalan sistem yang ada. Para penguasa muslim yang seharusnya menjadi pelindung umat, seolah buta dan tuli terhadap jeritan saudara seimannya. 

Mereka lebih memilih kepentingan duniawi—jabatan dan kekuasaan—di hadapan musuh Allah, daripada menjunjung tinggi ikatan ukhuwah Islamiyah yang telah Allah ingatkan. 

Desakan dari Arab Saudi, Qatar, dan Mesir agar Hamas melucuti senjata, serta tekanan Mesir terhadap Imam Besar Al Azhar untuk mencabut kecaman terhadap Zionis, adalah bukti nyata betapa rapuhnya ikatan iman ketika dihadapkan pada kepentingan politik. 

Ini adalah kegagalan sistematis yang membuat umat Muslim terpecah belah dan mudah dilemahkan.

Kemuliaan Umat Adalah Janji Allah

Al-Quran dalam Surah Ali Imran ayat 110 telah menegaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik (khairu ummah). Kemuliaan ini bukan hanya janji kosong, melainkan sebuah amanah yang harus diperjuangkan. 

Sejarah telah membuktikan hal ini, dari masa Rasulullah Saw., para Sahabat, hingga para khalifah yang teguh memegang amanah kepemimpinan. 

Kisah Khalifah Al-Mu’tasimbillah yang mengerahkan pasukannya hanya untuk membalas penghinaan terhadap seorang wanita muslimah, atau sikap tegas Sultan Abdul Hamid II yang menolak tawaran emas untuk menyerahkan Palestina, adalah potret penguasa yang menjaga kemuliaan umat di atas segalanya.

Potret-potret historis ini menunjukkan bahwa Islam bukan hanya ajaran spiritual, melainkan sebuah sistem hidup yang komprehensif. Ketika umat dipimpin oleh seorang raa’in (penggembala) yang tulus menjaga syariat dan umatnya, maka umat akan mendapatkan perlindungan dan keadilan. 

Kegagalan para pemimpin Muslim hari ini adalah akibat dari jauhnya mereka dari syariat Allah. Mereka telah menggadaikan ukhuwah Islamiyah demi kekuasaan dan pengakuan dari Barat, sehingga umat Muslim di Gaza dan seluruh dunia terancam dan sendirian.

Khilafah dan Penerapan Islam Kaffah sebagai Solusi Tuntas

Saat ini, borok Zionis Yahudi telah terbuka lebar di hadapan dunia. Kebaikan, keadilan, dan kemanusiaan adalah sesuatu yang asing bagi mereka. Krisis di Gaza menjadi momentum penting untuk menyadarkan umat akan kezaliman yang sedang terjadi dan mendorong mereka untuk mencari solusi hakiki, bukan sekadar simbolik. 

Solusi tersebut tidak lain adalah dengan kembali kepada ajaran Islam secara islam kaffah, yaitu menerapkan seluruh syariat Islam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam bernegara.

Masalah utama umat adalah tidak adanya pemimpin yang mempersatukan. Sistem politik yang ada, yang merupakan turunan dari kapitalisme sekularisme, telah memecah belah umat menjadi puluhan negara bangsa yang saling berkompetisi dan mudah diadu domba. 

Perjuangan untuk membebaskan Palestina, misalnya, tidak akan pernah tuntas hanya dengan kecaman atau bantuan kemanusiaan parsial. Pembebasan sejati membutuhkan kekuatan militer dan politik yang terorganisir di bawah satu kepemimpinan yang utuh.

Di sinilah peran sentral khilafah menjadi krusial. Khilafah adalah satu-satunya sistem yang mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia, menegakkan keadilan, dan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas terhadap penjajahan. 

Khilafah bukan hanya impian masa lalu, melainkan sebuah kewajiban syariat yang akan mengembalikan kemuliaan umat dan menjamin hak-hak seluruh rakyat, termasuk yang non-muslim, dengan adil.

Menyambut Momentum Kebangkitan

Umat harus memanfaatkan momentum dari isu terkini tentang genocida gaza ini. Kesadaran yang muncul akibat kezaliman yang tiada tara harus diarahkan pada perjuangan hakiki: mengubah sistem yang rusak menuju penerapan islam kaffah di bawah naungan khilafah. 

Upaya ini membutuhkan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang menapaki jalan yang telah Rasulullah Saw. ajarkan.

Sudah saatnya umat bangkit dari tidur panjangnya, menyadari bahwa janji Allah itu nyata, dan mulai berjuang untuk mewujudkannya. 

Sebab, hanya dengan kembali kepada Islam secara total, umat akan menemukan kembali kejayaannya dan menjadi khairu ummah yang mampu menegakkan keadilan dan menolak segala bentuk penindasan di muka bumi.

Wallahualam bissawab. 

0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts