SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Selasa, 21 Februari 2023

Oleh. Yuli Atmonegoro

(Aktivis Dakwah Serdang Bedagai)





Tiga jalan pintas yang dilakukan para penjajah dalam menghancurkan kaum muslimun tanpa harus mengangkat senjata, telah kita bahas dalam bagian 1 terkait keluarga, dua cara lagi yang mereka lakukan

yaitu:


2. Pendidikan


Jalan pintas yang kedua yang dilancarkan oleh para penjajah untuk menjajah negeri ini. Adalah dengan menyusupkan pemahaman serta tata cara yang buruk dalam dunia pendidikan. Maksud pemahaman buruk di sini adalah ideologi sekuler kapitalis yang memisahkan agama dari kehidupan. Kurikulum yang dipakai tidak sesuai bahkan bertentangan dengan aturan Sang Pencipta. Salah satu contohnya adalah pada pendidikan tentang politik dan hukum. 


Politik dan hukum saat ini tidak berlandaskan pada agama sedikit pun. Bahkan menghilangkan norma-norma agama. Misalnya, tentang buruknya pemahaman politik saat ini adalah berasaskan demokrasi. Dengan menisbatkan rakyat yang berdaulat di dalamnya. 


Semua hukum yang berlaku diatasnamakan untuk kedaulatan rakyat. Seolah-olah, tidak perlu ada campur tangan Sang pencipta didalamnya. Seharusnya, Politik yang dijalankan berasaskan hukum Islam, dengan kedaulatan berada di tangan syara. 


Karena politik berhubungan erat dengan hukum. Seharusnya yang membuat hukum adalah Sang Pencipta yang Maha Tahu tentang ciptaan-Nya. Bila memakai hukum buatan rakyat yang nyata-nyata hanya manusia, sudah pasti memiliki kekurangan dalam pembuatan hukum. 


Karena manusia itu sendiri tidak memahami secara hakiki tentang fitrah, kelebihan dan kekurangan manusia. Apabila hukum manusia terus dijalankan dalam tatanan negara, niscaya ketimpangan akan terus terjadi, dan ketidakadilan akan tampak nyata dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan rakyat. 


Contohnya adalah hukum mencuri atau berzina. Dalam Islam, hukuman bagi orang yang mencuri adalah dipotong tangannya. Seperti tercantum dalam Al-Qur’an yang artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ali Imran [3]: 38)

      

Bila hukum ini diterapkan, pastilah negeri ini akan jauh dari pencurian. Terutama bagi pencuri uang rakyat (para koruptor), yang sudah sangat menyusahkan dan menyengsarakan rakyat. Para koruptor ini tak pernah jera karena mereka merasa hukum bisa diringankan bahkan bisa dibeli. 


Sering terjadi, pencuri ayam yang notabene memang rakyat kecil yang kesulitan ekonomi. Bahkan mungkin tidak punya biaya untuk menyambung hidup, justru lebih lama merasakan sempitnya hidup dalam jeruji besi. Dari pada para Koruptor yang mencuri uang rakyat hingga Triliunan. 


Seharusnya para koruptorlah yang pantas merasakan sulitnya hidup dalam penjara atau hukuman lain setaraf dengan tingkat kriminalnya. Tapi kenyataannya justru sebaliknya, dan ini sungguh sangat melukai hati rakyat.


Contoh lainnya, hukum bagi pezina adalah rajam (untuk yang muhsan/sudah pernah menikah) atau dijilid (bagi yang ghairu muhsan/belum pernah menikah). seperti tercantum dalam Al-Qur’an yang artinya: “Pezina perempuan dan laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman." (QS An-Nur [24]: 2)


Dengan penerapan hukum ini, sudah pasti perbuatan tercela ini akan dapat terbendung. Namun sayangnya akibat dari pendidikan saat ini yang semakin hari semakin jauh dari norma agama. Bahkan kurikulum yang selalu diganti dan diperbaharui, semakin menjauhkan anak didik dari norma-norma agama. Menjadikan mereka mudah terjerumus pada kemaksiatan seperti perzinaan, pemerkosaan, pencurian, pembegalan, hingga pembunuhan 


Begitulah para pemuda dan pelajar saat ini lebih dekat dengan kasus-kasus kriminal dibandingkan dengan minat dan semangat dalam belajar. Bahkan, jikapun mereka menuntut ilmu dengan baik, itu semata hanya untuk kepentingan dunia. Dan hanya bercita-cita untuk menjadi seorang buruh. Sedangkan Islam mendidik para pemuda untuk menjadi seorang pemimpin.


3. Menghancurkan Kepercayaan Umat pada Ulama


Kata “Ulama (bentuk plural dari kata ‘alim), secara bahasa artinya adalah “orang yang berpengetahuan atau ahli ilmu.” Mereka disebut sebagai ulama tentu karena pengetahuan yang mereka miliki dalam urusan agama, lebih banyak daripada kebanyakan orang. Tentu saja mereka selalu menjadi tempat rujukan, atau yang ucapannya didengar. Oleh sebab itu, seorang ulama sudah pasti berhati-hati dalam berbicara dan berperilaku, karena setiap ucapan dan perbuatannya menjadi acuan kebanyakan orang.


Lalu, sebagai orang yang ucapannya didengar dan perilakunya ditiru, apakah sudah pasti semua ucapan dan perbuatannya sesuai aturan islam? Belum tentu. Salah satu ulama yang ucapan serta perbuatannya tidak boleh ditiru adalah Ulama Su’.


Kata Su’ adalah masdar dari saa-yasu’u-saw an yang artinya jelek, buruk, atau jahat. Dengan demikian, Al-‘Ulama’ as-su’ secara bahasa artinya adalah orang berpengetahuan atau ahli ilmu yang buruk dan jahat.


Seperti sabda Nabi Saw. yang berbunyi: ”Ingatlah, sejelek-jelek keburukan adalah keburukan ulama, dan sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan ulama.” (HR ad-Darimi)


Ulama adalah penentu baik dan buruknya masyarakat. Ulama juga penentu baik buruknya penguasa. Seperti perkataan Imam Al Ghazali dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin Juz 2 halaman 357, dimana beliau berkata: “Maka kerusakan rakyat karena kerusakan penguasa dan rusaknya para penguasa itu karena rusaknya para ulama. Dan rusaknya para ulama itu adalah karena kecintaan pada harta dan kedudukan. Sesiapa yang terpedaya akan kecintaan terhadap dunia tidak akan kuasa mengawasi hal-hal kecil, bagaimana pula dia hendak melakukannya kepada penguasa dan perkara besar? Semoga Allah menolong kita dalam semua hal.”


Merujuk pada perkataan Imam Al Ghazali ini jelaslah bahwa pada ulama su' ini tidak menjadikan ilmu mereka sebagai penuntun umat ke arah yang diperintahkan Allah ‘Azza Wa Jalla, tetapi untuk kepentingan pribadi. Seperti materi, popularitas dan kekuasaan. Diantara ulama su’ adalah ulama salathin yaitu ulama yang menjadi stempel penguasa.


Anas bin Malik r.a. Meriwayatkan satu hadis, bahwa Rasulullah saw. bersabda: Kebinasaan bagi umatku (datang) dari ulama Su’,mereka menjadikan ilmu sebagai barang dagangan yang mereka jual kepada para penguasa mereka untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri. Allah tidak akan memberikan keuntungan dalam perniagaan. Menurut Adz-Dzahabi, ulama su' adalah ulama yang mempercantik kezaliman dan ketidakadilan serta memutar-balikkan kebatilan menjadi kebenaran untuk penguasa, atau ulama yang diam saja (dihadapan penguasa) padahal ia mampu menjelaskan kebenaran.


Nah, bermula dari sinilah para penjajah berupaya menghancurkan kepercayaan umat, terhadap ulama yang sejatinya benar-benar membawa ajaran Rasulullah yang lurus dan sesuai dengan perintah Allah Swt.


Faktor utamanya adalah politik yang berasaskan sekuler kapitalis yaitu demokrasi. Menjadikan semua hukum yang mengatur keberlangsungan tatanan negara adalah hukum buatan manusia. Sudah pasti, hukum yang dibuat akan mengikuti hawa nafsu serta untuk mencari keuntungan pribadi semata. Tentu saja, tidak merujuk kepada hukum-hukum Allah Swt. yang sesungguhnya paling pantas untuk menjadi acuan dalam menyelesaikan problematika umat.


Para pemain dalam kancah politik ini yang hanya memikirkan manfaat saja yaitu kapitalis. Memilih para ulama su’ ini untuk dijadikan peluru sebagai alat untuk membunuh kepercayaan umat terhadap uama yang lurus. Ulama su ini memutar balikkan hukum Allah agar sesuai dengan hawa nafsu para hamba demokrasi. Yang haram menjadi halal, dan yang halal di dijauhi bahkan dianggap hal yang ditakuti dan dibenci.


Alhasil, umat merasa asing bahkan benci saat kebenaran itu disampaikan. Parahnya lagi, umat lebih mempercayai dan mengikuti apa yang disampaikan oleh ulama su’ yang menggiring umat melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan-aturan Allah Azza Wa Jalla.


Akibat dari kebencian itu, umat tak lagi mempercayai ulama yang lurus. Inilah yang memang menjadi tujuan para penjajah sejak awal. Bukan hanya itu, para penjajah melancarkan aksi dengan mengadu domba umat melalui propaganda-propaganda yang mereka buat dan dibantu oleh ulama su’, untuk mengkriminalisasi ulama yang lurus.


Bahkan dengan kekuatan tangan penguasa, kriminalisasi agama semakin menjadi-jadi. Sampai-sampai banyak ulama yang lurus dijebloskan ke penjara. Apabila ulama ini menegur penguasa beserta jajarannya dan menyampaikan kebenaran demi kemaslahatan umat.


Tak dapat dipungkiri, kebanyakan dari umat saat ini sangat jauh dari ulama yang lurus. Pemahaman agama yang lurus dan sesuai ajaran Rasulullah saw. tak lagi dikenal oleh umat Islam itu sendiri. Mereka menjadi islamophobia dan menikmati hidup dengan hukum dan aturan yang sesuai dengan kehendak dan hawa nafsu mereka.


Dari poin-poin di atas, jelaslah bahwa negara kita sudah dikuasai penjajah tanpa mengangkat senjata. Tetapi sangat disayangkan, kita sebagai rakyat tidak menyadari bahwa kondisi negeri ini sudah diujung tanduk. 


Seyogianya kita sebagai rakyat yang menganut agama islam mayoritas, sudah seharusnya kita yang paling sadar akan kondisi ini.


Nabi Muhammad Saw. telah membawa agama yang diridai Allah Azza wajalla. Berisi aturan paling lengkap untuk manusia dalam menjalani kehidupan. Selayaknya manusia sebagai makhluk paling sempurna yang telah Allah ciptakan. 


Janganlah kita terus tertidur karena dinina bobokan oleh penjajah yang ingin menguasai negeri ini, dengan kesenangan semu yang memabukkan. Pada akhirnya menjadikan kita budak dan pengemis di negeri sendiri. Allah menciptakan kita sebagai Khalifah yakni pemimpin di bumi Allah.


Allahualam bissawab.




Senin, 20 Februari 2023

Oleh. Rita Handayani 

(Penulis dan Founder Media)





Ragam Formula - Allah Swt. telah memberikan kenikmatan bagi manusia untuk dapat berbicara, bercerita, bercanda dan tertawa dengan manusia lainnya. Bersamaan dengan hal itu, ada hal yang harus kita sadari. Bahwa, kenikmatan apapun yang telah Allah Taala berikan kepada hamba-Nya tentu tidak diberikan hanya untuk bersuka ria, apalagi untuk membuahkan dosa. Begitu pula dengan nikmat lisan, bestie ragamers.


Akan tetapi, pada kenyataannya saat ini kita seakan telah terbiasa dalam menyaksikan sebagian orang dengan mudahnya mengumbar keburukan juga aib orang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Lidahnya yang tidak bertulang benar-benar lunglai dalam membicarakan aib atau kemaksiatan orang lain. Bahkan dengan kecanggihan teknologi, semakin canggih juga dalam memakan bangkai saudaranya tersebut.


Sebagaimana Allah Swt. jelaskan dalam firmannya: “Dan janganlah kalian saling menggunjing. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat: 12).


Dalam ayat di atas, Allah ta’ala menyamakan orang yang menggibah saudaranya seperti memakan bangkai saudaranya.


Jari jemarinya asyik dimainkan dan mengetikkan hal-hal yang tidak sepatutnya disampaikan kepada orang lain. Bahkan dengan mudahnya mereka memviralkan potongan ucapan seseorang di media sosial. 


Tentu kita meyakini bahwa Allah Taala jauh lebih mampu memerintahkan para malaikat-Nya untuk mencatat seluruh ucapan manusia. Tak terlewat sekecil apapun itu, baik ucapan itu disampaikan dengan berteriak, lirih, maupun hanya berbisik. 


Sebagaimana Allah Swt.

 berfirman dalam Al-Qur’an, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, kecuali di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18)


Tidak dapat dipungkiri bahwa secara naluriah manusia memiliki sifat egois. Tidak memikirkan perasaan orang lain dan dengan seenaknya mengumbar keburukan atau kelemahan orang lain. Sampai kita lupa untuk memperbaiki diri sendiri.


Memang terasa berat untuk meninggalkan perbuatan dosa yang satu ini. Karena menahan lisan itu tidaklah semudah saat menahan dahaga, benarkan bestie ragamers? Seseorang bisa dengan mudahnya tidak minum, walaupun terik matahari menyengat. 


Namun, menahan tidak membicarakan keburukan orang lain di saat bestie ragamers tahu segala tentangnya, itu lebih berat. Karena beratnya, maka besar pula balasan bagi bestie ragamers yang mampu menjaga lisan dari mengumbar aib orang lain. 


Hal ini terdapat dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Saw. bersabda: 


“Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan orang yang susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)


Ada sebuah kisah yang bisa menjadi contoh bagi kita, pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Suatu ketika, seorang laki-laki datang membawa berita kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab. 


Laki-laki itu berharap akan mendapatkan tanggapan yang baik dari khalifah yang terkenal tegas dan gagah berani tersebut. Dia pun berkata, “Wahai Amirul Mukminin, saya melihat si Fulan dengan si Polan berpelukan di balik pohon kurma.” 


Namun, apa yang didapatkan laki-laki itu? Bukannya mendapat pujian karena telah merasa menegakkan nahi mungkar. Si laki-laki ini malah dijambak jubahnya oleh Khalifah Umar r.a. 


Lalu khalifah mengacungkan cambuk kepadanya seraya berkata, “Kenapa tidak kamu tutupi kesalahannya dan harapkan kesadaran serta taubat mereka? Bukankah Rasulullah telah mengatakan, ‘Barangsiapa menutupi aib atau kesalahan saudaranya, maka Allah akan menutupi pula aibnya baik di dunia maupun akhirat?'”


Kemudian di lain kesempatan, Khalifah Umar r.a. pernah berpesan kepada khalayak ramai tentang prinsip fiqh yang istimewa. Kata beliau, “Beginilah seharusnya kalian berbuat, jika kalian melihat saudara kalian tergelincir, maka tegakkan dan betulkanlah serta mohonkanlah kepada Allah agar Dia menerima taubatnya. Janganlah kalian menjadi pembantu setan untuk menyesatkannya.”


Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Khalifah Umar r.a. tersebut, adalah kita dianjurkan untuk saling menutupi aib saudara-saudara kita yang lain.


Sebagian orang ketika melakukan kemaksiatan ada yang berupaya menutupi kemaksiatannya. Namun ada juga sebagian orang yang bermaksiat secara terang-terangan. Maka sikap bestie ragamers sebagai seorang muslim dalam menghadapi golongan yang pertama harus menutupi kemaksiatannya.


Hal tersebut sesuai dengan hadis yang muttafaq alaih dari Ibnu Umar bahwa Rasul saw. bersabda: "Barang siapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia juga di akhirat."


Khutbah bin Amir berkata aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda bahwa: Barang siapa, menutupi aib seorang muslim maka seolah-olah ia sudah menghidupkan anak wanita yang telah dikubur hidup-hidup dari kuburnya.


Sementara jika bestie ragamers menemukan seorang muslim yang dengan terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan, maka tidak ada anjuran untuk menutupi aibnya. Karena dia telah mencemarkan dirinya sendiri juga telah membuka perlindungan Allah baginya.


Hal tersebut sesuai dengan hadis yang mustafaq alaih Dari Abu Hurairah Sesungguhnya ia berkata aku pernah mendengar Rasul SAW bersabda setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan:


"Setiap umatku akan dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan. Yang termasuk terang-terangan dalam kemaksiatan dan kefasikan adalah jika seseorang melakukan kemaksiatan di malam hari, padahal Ia telah ditutup aibnya oleh Allah. Kemudian pada pagi harinya ia berkata Wahai Fulan aku tadi malam melakukan begini dan begini. Orang tersebut di malam hari telah ditutupi aibnya oleh Allah. Tetapi di pagi harinya ia membuka sendiri Perlindungan Allah padanya."


Namun meski demikian, seorang muslim hendaknya mampu menjaga lisan dalam membicarakan kemaksiatan orang lain yang secara terang-terangan melakukan maksiat. Hal ini bukan dalam rangka untuk menutupi aibnya tetapi karena khawatir akan tersebarnya perbuatan keji di tengah masyarakat yang beriman juga karena semata-mata untuk menjaga lisan dari mengatakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Kecuali dalam membicarakan kemaksiatan tersebut untuk mengingatkan akan bahayanya orang fasik, yang telah melakukan maksiat secara terang-terangan tadi.


Ingatlah! Bertepuk tangan di dalam dulang, airnya akan mengenai muka kita, bestie ragamers. Demikianlah ibaratnya, jika bestie ragamers membuka aib saudaranya, maka dampaknya pun akan kembali kepada diri sendiri.


Insya Allah, jika bestie ragamers berusaha untuk menutupi aib saudara bestie. Maka Allah pun akan menutupi aib bestie ragamers baik di dunia maupun di akhirat nanti.


“Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)


Wallahualam bissawab.




Minggu, 19 Februari 2023

Oleh. Rita Handayani

(Penulis dan Founder Media)



Ragam Formula - Memang ya bestie ragamers, untuk bisa menahan rasa marah sangat sulit. Apalagi ketika rasa itu sudah memuncak. Namun ayat-ayat di atas memberikan petunjuk, bagaimana cara kita bisa menahan kemarahan. Jika kita menelaah dalil-dalil di atas akan tampak jelas bahwa menahan amarah, hanya bisa dilakukan apabila hati bestie ragamers memiliki kesiapan untuk memaafkan. Demikian juga sebaliknya, seseorang yang mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain, akan mudah bagi dirinya dalam menahan dari kemarahan.


Allah Swt. banyak memberikan pujian bagi orang yang mampu menahan amarah dan bisa memaafkan kesalahan orang lain. Seperti Allah menyukai kebajikannya, dia termasuk orang yang melakukan keutamaan, ia termasuk telah mampu berpaling dari orang yang bodoh, kemudian Allah janjikan akan mendapat kemuliaan, diangkat derajatnya mendapat rahmat dari Allah hingga diampuni dosanya oleh Allah Swt.


Bahkan, tak tanggung-tanggung, Allah Taala menjanjikan surga bagi mereka yang mampu menahan amarah dan bisa memaafkan. Sebagaimana ayat sebelum Ali imran 134.


۞ وَسَارِعُوۡۤا اِلٰى مَغۡفِرَةٍ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالۡاَرۡضُۙ اُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِيۡنَۙ‏ ١٣٣


"Dan bersegeralah kamu untuk mencari ampunan dari Tuhanmu serta mendapatkan surga yang luasnya Seluas Langit Dan Bumi yang telah disediakan bagi orang-orang yang bertakwa"


Kemudian dilanjut ayat selanjutnya Ali Imran 134, yang berbunyi:


 الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِ​ؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَ​ۚ‏ ١٣٤


Yaitu orang yang berinfak baik pada waktu lapang maupun sempit. Juga orang yang bisa menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain dan Allah mencintai orang yang telah berbuat kebaikan.


Mereka akan disukai oleh Allah SWT, sesama manusia, dan juga malaikat-Nya. Bagaimana dengan kisah-kisah para sahabat.


Sebuah kisah dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Mengisahkan ada seorang lelaki yang datang kemudian berkata: "Ya Rasulullah aku mempunyai kerabat dan aku suka sekali menyambungkan kekerabatan kepada mereka, tetapi mereka malah memutuskannya. Aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka berbuat buruk kepadaku. Aku mengerti keadaan mereka, tetapi mereka tidak mau mengerti keadaanku." Lalu Rasulullah saw. bersabda "Jika engkau tetap seperti yang telah engkau katakan tadi, maka engkau menjadikan muka-muka mereka layaknya warna debu (kelabu) dan tidak akan henti-hentinya engkau mendapat pembelaan dari Allah Swt. atas mereka selama engkau konsisten atas apa yang engkau lakukan itu."


Kisah selanjutnya adalah kisah Umar yang telah banyak mendapatkan penderitaan juga penyiksaan dari Ibnu Iyas kemudian Umar berkata: "Wahai Ibnu Iyas, engkau jangan tenggelam dalam mencaci makiku dan berikanlah tempat untuk berdamai. Karena kami akan menghadapi orang yang menentang Allah yang menganiaya diri kami, dengan cara meningkatkan ketaatan kepada Allah dalam menghadapi orang itu."


Selain itu ada juga sebuah kisah dari Abu Bakar RA, Rasulullah Saw. memberikan nasihat elegan dan pesan yang istimewa supaya seseorang yang dicaci atau disakiti hatinya tidak perlu membalas dengan perbuatan/perkataan (kotor) yang sama. Bersikap diam, tenang, dan tidak membalas keburukan menjadi jauh lebih suci dibandingkan dengan mengumbar kemarahan.


Suatu ketika Abu Bakar a.s, duduk bersama Rasul Saw. dan mendapat cacian dari seseorang dalam waktu yang lama. Setelah sekian lama dicaci dan tidak kunjung berhenti. Akhirnya, Abu Bakar pun geram dan membalas cacian orang tersebut. Namun, balasan yang dilakukan Abu Bakar a.s, membuat Rasul saw. marah lalu berdiri. Kemudian Abu Bakar a.s, menyusulnya dan berkata "Wahai Rasulullah, dia mencaciku padahal engkau duduk bersamaku. Ketika aku membalas beberapa caciannya, engkau malah marah dan meninggalkanku." Mendengar pertanyaan sahabatnya tersebut, Rasul saw. memberikan nasihat, bahwa ketika Abu Bakar diam ada malaikat yang telah membalaskan cacian untuknya. Tapi sebaliknya ketika cacian itu dibalas datanglah setan.


Beberapa kisah di atas tersebut memberikan inspirasi berharga. Betapa menahan amarah akan mendatangkan kebaikan. Beriringan dengan itu, sikap memaafkan pun harus dibangun. Memang sulit ya, bestie ragamers. Tetapi bukankah kita mendambakan ampunan-Nya?


Perlu dicermati juga bestie ragamers bahwa ketika kita mendapat celaan, Allah dan rasul-nya menganjurkan agar kita bisa menahan diri dari kemarahan. Namun ketika yang dicela, yang dilecehkan, yang difitnah adalah Allah, agama, atau rasul kita maka bestie ragamers tidak boleh diam. Wajib untuk marah, karena ini adalah ranah keimanan. Bestie ragamers wajib membela agama dan keyakinan yang bestie miliki.


Bahkan, Buya Hamka mengatakan "Jika diam saat agamamu dihina maka gantilah bajumu dengan kain kafan." 


Semoga kita termasuk dalam kategori hamba yang mendapatkan ampunan dari Allah Swt. dan surga-Nya. Semoga kita menjadi pribadi yang lebih pandai dalam menahan amarah dan memaafkan. Pada akhirnya, ibadah kita akan disambut dengan ampunan dan rida-Nya.


Wallahualam bissawab.



Kamis, 16 Februari 2023

Oleh. Rita Handayani

(Penulis dan Founder Media)



Ragam Formula - Orang beriman pasti akan diuji dengan keburukan dan kebaikan selama ia masih hidup. Hal itu tidak lain untuk meningkatkan derajatnya di sisi Allah Taala. Serta membuatnya menjadi pribadi yang tangguh dan penuh empati terhadap sesama manusia. 


Karena memang setelah bestie ragamers mendapat ujian kehidupan. Lalu melihat orang lain mengalami hal yang sama seperti halnya bestie. Tentu hati bestie ragamers akan lebih peka pada orang lain. Begitulah sunatullahnya.


Bagi orang yang beriman, hidup sejatinya adalah panggung ujian. Ujian itu tak mesti melulu berbentuk sesuatu yang buruk. Ujian bisa juga sesuatu yang baik. Sebagaimana Allah Swt. menjelaskan dalam firmannya, di Al-Quran surat Al-Anbiya [21] ayat 35. Bahwa, setiap jiwa pasti akan mengalami kematian dan kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan hanya kepada kamilah kalian kembali.


Dunia memang panggung sandiwara, bestie ragamers. Setelah selesai satu ujian pasti akan datang ujian lain. Jika bestie ragamers lemah di satu titik biasanya ujian itu akan sering hadir di situ, hingga bestie ragamers menjadi kuat dan kokoh, maka ujian pun Akan berpindah ke hal lain. 


Misalnya bestie ragamers biasanya sering mendapat ujian kehidupan terkait anak. Baik dari segi susah diaturnya atau karena kesehatannya. Hal tersebut menjadi alasan bestie untuk tidak hadir di majelis-majelis ilmu juga tidak bisa bergerak untuk beramar makruf nahi mungkar (dakwah di tengah umat). Itu akan menjadikan bestie ragamers terus-terusan tertawan dalam masalah tersebut, hingga bestie ragamers menjadi kuat. Jika masalah itu sudah selesai, maka bestie pun akan menghadapi persoalan lain di depan mata.1


Contoh lainnya adalah kala bestie ragamers masih lajang. Pastinya setiap insan yang normal akan punya hasrat untuk memiliki pasangan. Itu menjadi ujian tersendiri, dekatkah jodoh itu atau jauhnya jodoh itu. Setelah selesai ujian tersebut bestie ragamers mendapatkan jodoh dan menikah. Datanglah ujian selanjutnya yaitu keinginan untuk mendapatkan keturunan.


Jika bestie ragamers merupakan pribadi yang normal pasti akan ada rasa ingin untuk mendapatkan keturunan. Kecuali orang yang sudah terkontaminasi dengan pemikiran asing. Seperti halnya Gita Savitri Devina yang terkenal dengan Gita saf seorang influencer dan youtuber asal Indonesia, yang tinggal di luar negeri yang menggembar-gemborkan tentang childfree.


Nah, setelah memiliki anak akan meningkat lagi ujian hidupnya. Biasanya ujian itu mengenai finansial misalkan, atau mengenai anak itu sendiri apakah banyak masalah kesehatannya, susah atau mudah diatur.


Terus berlanjut lagi kepasangan setelah mapan, anak-anak sudah besar, mempunyai kehidupan masing-masing. Allah kembali menguji dengan pasangan misalkan yang pasangannya ta'addud atau hal lainnya terus berputar seperti itu. Itulah kehidupan yang tidak akan selesai dengan permasalahan dan problematika baik kehidupan pribadi keluarga maupun di tengah masyarakat juga kehidupan dakwah.


Jadi jangan salahkan ngaji atau dakwah ya bestie ragamers, ketika kita memang sedang mengalami permasalahan dalam hidup. Karena dakwah tetap harus berjalan, apapun kondisi bestie ragamers. Bahkan jika sampai gara-gara problematika tersebut bestie melepaskan dakwah. Maka akan ada banyak orang yang menggantikan posisi bestie ragamers. Bukan dakwah yang rugi juga bukan Allah yang rugi, tetapi kitalah, bestie ragamers.


Dalam menjalani hidup bestie eragamers sebagai makhluk sosial pasti akan berinteraksi dengan orang lain. Di sanalah dalam berinteraksi biasanya bestie ragamers akan mendapati kesalahan. Baik bestie yang melakukan kesalahan kepada orang lain atau orang lain berbuat salah kepada bestie.


Al-Qur'an secara tegas dan terang-terangan menyerukan umat Islam untuk menahan amarah. Alquran dan Assunah juga menyerukan umat Islam untuk memaafkan kesalahan orang lain. Hal ini semata-mata untuk kebaikan diri muslim itu sendiri, ya, bestie ragamers.


"Dan orang-orang yang bisa menahan amarahnya juga memaafkan kesalahan orang lain Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran [3]: 134)


"Dan akan tetapi orang yang sabar dan bisa memaafkan, sesungguhnya perbuatan yang demikian itu adalah termasuk hal-hal yang diutamakan." (QS asy-Syura [42]: 43)


"Maka memaafkan (mereka) dengan cara yang baik." (QS Al-Hijr [15]: 85)


"dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (QS Al A'raf [7]: 199)


"dan hendaklah mereka bisa memaafkan juga berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu." (QS an-Nur [24]: 22)


Senada dengan banyaknya hadits yang dianjurkan oleh Rasulullah agar Tegar dan bisa memaafkan diantaranya adalah Hadits dari imam muslim yang telah diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasul Saw bersabda sedekah tidak akan mengurangi harta dan Allah tidak akan menambah kepada hamba yang pemaaf kecuali sebuah kemuliaan siapapun yang tawadhu Karena Allah pastilah Allah akan mengangkat derajatnya


Hadis lain dari Rasulullah yang telah diriwayatkan Ahmad adalah "Sayangilah orang lain maka niscaya Kalian akan mendapat rahmat dari Allah dan berikanlah ampunan kepada orang lain niscaya Allah akan mengampuni Kalian juga."


Dari Ubadah bin Shamit, Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Rasulullah Saw. "Bahwa tidak akan ada seorangpun yang terluka di tubuhnya lalu ia merelakannya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya seperti kerelaannya pada luka itu."


Al-Bukhari dan Muslim juga telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah bahwa Rasul saw. telah bersabda: "Orang yang kuat bukanlah orang yang kuat pada saat berkelahi. Tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan diri ketika marah."


Memang untuk bisa menahan rasa marah sangat sulit. Apalagi saat rasa itu sudah memuncak, iya kan bestie ragamers. Namun Islam telah memberikan petunjuk melalui dalil-dalilnya, baik dalam Al-Qur'an maupun Al-hadis. Ayat-ayat di atas akan kita telaah dan kupas di artikel selanjutnya. Oke bestie ragamers.





Kamis, 09 Februari 2023

Oleh. Yuli Atmonegoro

(Aktivis Dakwah Serdang Bedagai)





Pesatnya perkembangan zaman, membuat manusia sibuk dan berlomba-lomba untuk meraih apa yang mereka anggap sebagai kesuksesan. Standar kesuksesan yang mereka pakai adalah materi. Seperti karir yang bagus, kedudukan yang tinggi, bergelimang harta, ketenaran dan kesenangan lainnya. 


Tapi tanpa mereka sadari, semua itu hanyalah semu dan tanpa mereka sadar pula, jalan mereka untuk meraih kesuksesan itu justru adalah kesempatan bagi para penjajah untuk menghancurkan indonesia. Sungguh halus dan rapi cara mereka menjajah indonesia. Sampai-sampai orang sekaliber profesor dan para petinggi negara tidak menyadari sedikitpun. 


Alih-alih memajukan Negeri dan menyejahterakan rakyat. Mereka malah bekerja sama untuk menghancurkan Negeri tercinta ini, dan menyengsarakan rakyat dengan cara mengikuti apa-apa yang penjajah perintahkan dengan berkedok investor atau kerja sama antar Negara. Adapun cara-cara mereka menjajah negeri ini dengan cara-cara yang terlihat baik, "bak" sang pahlawan.


Diakui atau tidak, kehancuran negeri tercinta ini sudah tampak nyata, dan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, terlebih bagi rakyat menengah kebawah. Rakyat semakin sengsara dengan kondisi ekonomi yang kian terpuruk akibat utang negara hingga ribuan triliun. Juga kebobrokan moral dan ketidakpedulian pemerintah dalam memahami penderitaan rakyat, semakin membuat negeri ini tidak tentu arah.


Lalu, apakah benar negeri kita ini sedang dijajah? Kalau benar, dengan cara apa mereka menjajah kita? Bukankah negeri kita sudah merdeka, dan tidak ada lagi peperangan di negeri kita yang dianggap "aman dan tentram" ini. 


Tentu saja mereka tidak akan menjajah kita dengan senjata, tetapi dengan cara menyusupkan pemahaman dan perilaku yang buruk dalam benak umat. Lalu menghancurkannya secara perlahan. Sehingga hampir seluruh rakyat tidak menyadarinya.


Kita semua tahu, ideologi yang berkuasa saat ini adalah ideologi sekuler kapitalis, yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan. Jadi, apapun yang orang lakukan, tidak lagi mengambil agama sebagai tolok ukur suatu urusan, tingkah laku dan perbuatan. Sistem ini membuat rakyat tak berpijak pada fitrahnya sebagai hamba Allah.


Padahal Allah, yang menciptakan manusia dengan sempurna, didukung oleh fitrah-fitrah yang ada pada diri hamba itu sendiri. Sebagai bentuk dari kebesaran Allah yang wajib kita yakini. Melalui ideologi sekuler kapitalis ini, kita dijajah dan dijauhkan dari fitrah sebagai seorang hamba Allah yang mulia.


Ada 3 jalan pintas untuk para penjajah menghancurkan kita tanpa harus mengangkat senjata, yaitu:


1. Keluarga


Perlahan tapi pasti dan jelas tanpa disadari, sebagian besar keluarga telah hancur, bahkan luluh lantah. Disebabkan oleh masuknya pemahaman sekuler kapitalis dalam keluarga. Melalui berbagai macam propaganda, yaitu fun, food, and fashion.


Fun


Rakyat disuguhkan dengan gamblang melalui berbagai media, baik televisi, sosial media bahkan media cetak. Saat ini sangat mudah sekali untuk kita mendapat iming-iming kesenangan. Agar kita tertarik dan akhirnya ikut bersenang-senang mengikuti mereka para penjajah moral. 


Segala sesuatu diarahkan untuk memamerkan segala kesenangan yang mereka rasakan agar orang lain terhipnotis dan ikut melakukannya. Seperti contoh pornografi, porno aksi dan semacamnya. Sehingga keluarga-keluarga yang kurang pemahaman agama, dengan mudah terjun dan terjerumus melakukan hal-hal yang tidak pantas. Tak pandang bulu, pornografi dan pornoaksi menjangkiti semua usia. Baik anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua pun tak terlewatkan. 


Pergaulan bebas pun menjadi salah satu kesenangan semu yang nyata dapat menghancurkan keluarga-keluarga saat ini. Dapat kita lihat bagaimana tingginya tingkat perceraian akibat bebasnya para suami-suami atau istri-istri dalam bergaul. Bermudah-mudah dalam bercampur baur di setiap keadaan dan mereka melupakan batas-batas bergaul sehingga terjadi perselingkuhan. Tak ayal, perpecahan pun tak dapat dihindari. Maka hancurlah sebuah keluarga karena pergaulan bebas.


Pergaulan bebas pun juga menjangkiti para pemuda kita. Banyak dari mereka telah melakukan seks bebas di usia yang masih sangat dini dan dianggap hal biasa. Bahkan perilaku seks menyimpang yaitu elgebete, juga menjadi hal lumrah. Ironisnya, penyimpangan seksual ini justru dilindungi oleh negara dengan mengesahkan hukum-hukum yang berkaitan dengan kebebasan seksual serta segala penyimpangannya. 


Hal ini jelas telah menghancurkan moral para pemuda kita. Sehingga kebobrokan perilaku para pemuda telah membuat wajah negeri ini diinjak-injak oleh para penjajah yang merasa berhasil dalam misi besar mereka. Selain sukses menguasai sumber daya alam juga sukses merusak para pemudanya.


Tidak ketinggalan, kaum lansia yang seharusnya beristirahat dan fokus melakukan ibadah, juga termasuk pelaku seks bebas dan kerap viral di berbagai media. Banyak yang menayangkan tentang kebrutalan kaum lansia ini dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, dengan cara-cara yang memalukan. Ada kakek yang memperkosa cucunya, bahkan anak-anak di sekitar tempat tinggalnya yang seharusnya disayangi dan dilindungi. Mereka menjelma menjadi predator yang menghantui para orang tua yang memiliki anak yang notabene belum bisa menjaga diri mereka sendiri.


Disamping kesenangan dalam hal seksual, rakyat juga dipaparkan dengan kesenangan lain. Yakni dengan menghadirkan contoh dari publik figur yang mempertontonkan bagaimana bahagia mereka hidup dalam gelimang harta, terkenal dan disanjung seantero negeri. Alhasil, banyak dari pemuda negeri ini yang bertingkah "bak" artis terkenal.


Mereka melakukan cara-cara yang buruk serta memalukan untuk mendapatkan ketenaran seperti publik figur yang mereka saksikan hampir di semua media, yang mudah kita saksikan karena ada dalam genggaman kita yakni gadget. Tentu saja, buaian ketenaran dan sanjungan itu membuat pemuda enggan untuk belajar. Tak lagi terpikir untuk memajukan negeri, baik dalam bidang pendidikan, teknologi, perdagangan dan lain sebagainya.


Mereka yang telah berkeluarga pun turut terjangkiti virus ini. Akhirnya, pemikiran mereka terbagi, antara mengurus keluarga dan segala kesenangan di luar sana yang tanpa mereka sadari dapat merusak ketenangan keluarga mereka. Bukan hanya itu, mereka juga tidak memikirkan tentang hal lain yang lebih baik untuk kemajuan hidup dan masa depan yang baik, yang sesuai tuntunan agama. Parahnya lagi, mereka hanyut dalam angan-angan semu dan ingin mendapatkan kesenangan dengan cara instan.


Food


Selain dengan kesenangan semu di atas, kita juga dijajah dengan cara yang sangat lembut yaitu dari makanan dan minuman.


Mmmm, yang benar saja, kita dijajah dengan makanan?


Ya, dengan cara ini ternyata mereka berhasil. Sebagai buktinya, dapat kita saksikan, bagaimana beragamnya jenis makanan dan minuman yang dapat kita nikmati, tak peduli makanan itu berasal dari mana dan dibuat dari bahan apa. Sudah sangat jelas dalam aturan Islam bahwa daging babi adalah salah satu bahan yang diharamkan untuk dikonsumsi dan digunakan untuk apapun.


Tetapi, kenyataannya banyak makanan yang menggunakan daging, minyak, dan kulit babi untuk dicampur dengan makanan yang halal. Sehingga menjadi makanan yang biasa dikonsumsi oleh semua rakyat di negeri ini, seperti ice cream, tambahan bahan dalam pembuatan coklat dan penyedap makanan. Sungguh halal haram sudah bukan menjadi hal utama lagi dalam mengukur standar kebolehan mengonsumsi suatu makanan. Yang terpenting adalah kenikmatan lidah dalam menyantap berbagai macam makanan. Lalu apa dampak makanan haram yang masuk ke dalam tubuh kita?


Tentu saja hal buruk akan terjadi, yaitu kerusakan pada jaringan tubuh kita. Karena daging babi mengandung bakteri-bakteri yang merusak kesehatan tubuh manusia. Hal yang 

paling parah adalah kerusakan pada perilaku, karena manusia akan berperilaku sesuai dengan yang ia konsumsi.


Fashion


Tak hanya dengan dua cara di atas, ternyata keluarga juga dijajah melalui fashion. Bagaimana tidak, kemajuan dunia fashion yang sangat pesat, telah meracuni hampir seluruh lapisan masyarakat. Tak hanya kalangan elit, bahkan kalangan menengah kebawah pun tak ketinggalan terjangkit virus ini. 


Model pakaian, tas, sepatu dan aksesoris yang beragam seolah tak pernah memuaskan hati bagi para pecinta fashion. Hampir setiap bulan tercipta model terbaru. Dampaknya, kesalahan dalam mengatur keuangan keluarga demi memperturutkan kegilaan ini, membuat banyak keluarga terpuruk kondisi keuangannya. Karena kesalahan ini pula, ada rasa tidak bersyukur atas rezeki yang dimiliki dalam hati dan benak masyarakat.


Setelah itu, timbullah tuduhan buruk terhadap si tulang punggung keluarga bahwa mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sudah pasti menciptakan keretakan-keretakan dalam rumah tangga yang akhirnya dapat memecah belah keutuhan rumah tangga. Akibat terburuknya adalah terjadi perceraian.


To be continue.


Selasa, 07 Februari 2023

Oleh. Rita Handayani

(Penulis dan Founder Media)





"Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia." - Bung Karno


Quote motivasi dari pemimpin pertama di Indonesia (Bung Karno) yang sangat menginspirasi ini, jika di sandingkan dengan kondisi pemuda atau generasi sekarang tentu akan terasa utopis (itu tidak mungkin). Jauh sekali harapan para pemuda bisa mengubah dunia. Karena mereka sendiri pun banyak menghadapi tantangan problematika hidup yang sangat tinggi. Bagaimana bisa mengubah dunia seperti para pemuda tangguh di masa lampau. Semisal Muhammad Al-fatih yang terkenal heroik dalam membebaskan Konstantinopel.


Kehidupan yang menihilkan peran agama yaitu kehidupan sekuler kapitalistik saat ini, telah mengungkung generasi muda muslim baik secara nasional maupun global dunia. Hingga menyeret mereka jauh dari tuntunan syariat Islam. Akibatnya segudang potensi pemuda tersia-siakan. Bahkan peran sebagai generasi terbaik yang telah Allah sematkan tak tampak dalam profil kehidupannya.


Mereka teracuni dengan gaya hidup barat. Seperti kehidupan hedonis, konsumtif, dan individualistis. Juga terjerat dalam berbagai macam masalah kehidupan. Seperti, perundungan, seks bebas narkoba, kekerasan, hingga asusila dan pembunuhan.


Kondisi kerusakan generasi muda ini tentu akan berdampak luas dan serius bahkan mengancam keberlangsungan masa depan umat manusia. Karena para pemudalah yang akan melanjutkan tongkat kepemimpinan umat, sebagai pembaru, juga Agent of Change (agen perubahan) yang akan mewujudkan, umat terbaik bagi dunia. Untuk itulah kerusakan generasi muda saat ini merupakan kerusakan umat manusia di masa mendatang.


Penyebab Kerusakan Generasi


Sekuler-kapitalisme, sistem kehidupan yang diadopsi saat ini. Menjadi faktor utama yang menyebabkan berbagai kerusakan generasi terjadi. Kerusakan yang mendera generasi muda muslim ini bukanlah hal yang alami, akan tetapi karena "disengaja". Perusakan ini dilakukan secara sistemis oleh kaum kapitalis sekuler. Supaya para pemuda muslim tetap berada di dalam genggamannya.


Sekularisasi sistem kehidupan yang dicomot para pemimpin muslim untuk diaplikasikan di negeri-negerinya. Menjadikan peran strategis benteng-benteng yang seharusnya mampu menjaga kehidupan generasi muda menjadi tidak berdaya melakukan tugasnya. Benteng tersebut adalah keluarga, masyarakat, dan negara. 


Keluarga yang merupakan pondasi awal bagi terbentuknya karakter juga pendidikan anak serta menjadi benteng pertahanan bagi anak-anak di dalamnya. Akibat dari kehidupan sekuler dan kapitalis, keluarga menjadi benteng yang rapuh. Karena mudah tersusupi perusakan baik dari televisi, gadget, maupun internet yang mencemari pemikiran, gaya hidup sekuler liberal, dan budaya barat.


Dalam sistem kapitalis juga sulit untuk mewujudkan keluarga yang ideal. Tingginya biaya hidup telah memaksa para orang tua untuk bekerja lebih keras agar bisa bertahan. Bahkan tidak hanya ayah yang harus memeras tenaga dan pikiran untuk mencari nafkah, para ibu pun menjadi harus rela turut bekerja keras untuk menambal keuangan keluarga.


Mahalnya kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan juga berbagai tuntutan materialisme menjadikan pekerjaan mereka harus lebih dikedepankan dan mengabaikan anak-anak. Akhirnya anak-anak diasuh oleh lingkungan, mereka belajar arti kasih sayang, kesetiakawanan, persahabatan dan beragam arti kehidupan lainnya sedapat-dapatnya dari lingkungan tanpa filter sehingga belum tentu steril dari kerusakan. Bahkan bisa jadi hal itu menjadi awal dari kerusakan seperti masuknya nilai-nilai liberal, paham elgebete dan banyak lainnya.


Lingkungan masyarakat menjadi tidak aman bagi perkembangan dan pergaulan generasi muda muslim ini, juga diakibatkan dari kehidupan sekuler kapitalis. Individualistis membuat masyarakat enggan untuk beramar makruf nahi munkar, juga enggan ikut campur urusan anak orang lain. Karena banyak juga para orang tua saat ini yang tidak terima ketika kedapatan anaknya nakal, lalu dinasehati oleh orang lain. 


Untuk itu, agar bisa menjadi benteng yang kokoh bagi anak, baik rumah maupun lingkungan masyarakat membutuhkan kehadiran kekuatan yang sangat besar. Kekuatan tersebut harus mampu melindungi juga mendampingi serta memberikan suasana yang kondusif bagi anak-anak, menjadi perisai bagi anak dimanapun ia berada, di keluarga, lingkungan, maupun masyarakat. Kekuatan besar tersebut adalah negara.


Kegagalan Negara Kapitalis 


Dalam kehidupan kapitalis saat ini, peran negara sangat mandul bahkan hampir tidak ada. Hal tersebut karena negara hanya berfungsi menjadi regulator saja. Tidak boleh negara membuat aturan yang mengekang kebebasan rakyat. Akibatnya racun seksual baik pergaulan bebas, perzinaan, pornografi, dan pornoaksi mendapat kebebasan tempat di tengah masyarakat.


Sistem sekuler juga menjadikan negara tidak boleh melakukan pelanggaran hak asasi. Sehingga negara tidak boleh menerapkan hukuman yang merenggut hak hidup, menghukum pelaku homoseksual, merajam para pelaku pemerkosa anak-anak, membredel, media perusak moral dan seterusnya. Negara tidak punya kekuatan untuk menghentikan penyebab yang membuat kerusakan masif pada generasi.


Negara malah menyerahkan upaya perlindungan anak kepada masyarakat dan LSM seperti KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dan sejenisnya. Tentu Upaya ini tidak akan bisa menyelesaikan masalah karena peran lembaga tersebut hanya sebagai "penyapu halaman" yang tidak mampu membersihkan sumber kotoran. Lembaga tersebut tidak mampu menjauhkan berbagai ancaman dan bahaya yang mengintai anak. Lembaga-lembaga itu hanya bisa melakukan pendampingan pada anak yang telah menjadi korban, melakukan mediasi, rehabilitasi mental, dan yang semisalnya.


Negara Islam Benteng Terkuat


Negara dalam kacamata Islam harus mempunyai paradigma yang mampu menyelamatkan generasi. Kekhasan dalam hukum yang diterapkan harus mampu menyelesaikan masalah mulai dari akar hingga ke cabangnya. Hukum tersebut harus diterapkan oleh penguasa, yang tidak hanya bertanggung jawab di hadapan rakyat, melainkan juga bertanggung jawab kepada sang penciptanya, Allah Swt.


Dalam Islam pemimpin mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengurus urusan rakyat dan sebagai perisai bagi rakyatnya. 


Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasul saw. bersabda, bahwa: ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas pihak yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya.

 

Juga dalam riwayat Muttafaqun 'alaih Rasulullah saw. bersabda, bahwa: Sesungguhnya Imam khalifah itu adalah perisai bagi orang-orang yang berperang di belakangnya dan berlindung dari musuh dengan kekuasaannya.


Jadi dalam Islam negara merupakan benteng terkuat yang harus bisa melindungi generasi dari perusakan jenis apapun. Perlindungan yang dilakukan harus sistemik. Yaitu meliputi berbagai aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung, melalui berbagai macam peraturan yang dibuatnya. Seperti pengaturan dalam ekonomi, pendidikan, sistem sosial, media massa, sistem kontrol sosial kemasyarakatan, serta pengaturan sistem sanksi yang tegas dan membuat jera.


Beragam pengaturan tersebut akan membangun perlindungan yang utuh bagi anak-anak. Selanjutnya negara harus mampu menjadikan orang tua, keluarga, juga masyarakat menjadi benteng-benteng perlindungan anak secara berlapis-lapis. Dengan kekuatan terbesar berada di lapisan benteng terluar yakni negara.


Mekanisme inilah yang tidak akan bisa ditembus oleh ide-ide liberalis, kapitalis, serta ide perusak lainnya. Mereka tidak akan mampu menyentuh anak-anak. Anak-anak akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi muslim yang tangguh, menjadi mutiara di tengah umat, juga menjadi pejuang dan pembangun keberlangsungan negara. Semua itu berada dalam lindungan dan kontrol negara.


Negara yang bisa melakukan peran besar tersebut tidak lain adalah negara yang kuat. Negara yang hanya memiliki dan memegang erat ideologi sahih. Ideologi yang terpancar dari keimanan dan akidah Islam. Negara itu adalah yang menerapkan aturan Islam secara sempurna (kafah).


Wallahualam bissawab.


 





Minggu, 05 Februari 2023

Oleh. Dwi R, S.Si

(Penulis)



Dulu negeri ini dijuluki sebagai zamrud khatulistiwa. Bahkan ada istilah tongkat dilempar jadi tanaman. Saking suburnya tanah di negeri ini. Tak hanya itu, berbagai tambang mineral, minyak, dan gas alam terkandung di bumi Indonesia. 


Kaya. Ya, negeri ini sangat kaya. Sayangnya, kekayaan yang dimiliki oleh negeri ini tak membuat semua rakyat bisa menikmatinya. Sebaliknya, kemiskinan merajalela. Kekayaan hanya berputar pada segelintir orang saja, sementara mayoritas penduduk negeri ini mengalami kemiskinan.


Dilansir dari Republika.co.id, 28/01/2023, Dinas Sosial (Dinsos) menyebutkan, sebanyak 3.961 jiwa warga Kabupaten Bekasi, masuk kategori penduduk miskin ekstrem berdasarkan hasil pencocokan data lapangan yang dilakukan Dinsos setempat. Itu hanya satu kota, bagaimana dengan kota lain? Tentu hal ini seperti gunung es. Yang tampak di permukaan jauh lebih kecil dari yang sesungguhnya.


Andai pemerintah tidak salah kelola terhadap SDA di negeri ini, niscaya kekayaan alam yang terkandung di bumi kita akan bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Sayangnya, kekayaan alam yang melimpah, diserahkan pengelolaannya kepada asing dan aseng hingga penduduk tak bisa menikmati hasilnya. 


Belum lagi perilaku para pejabat yang suka menikmati "dana" miskin. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas mengaku miris karena mengetahui total anggaran penanganan kemiskinan yang jumlahnya hampir mencapai Rp 500 triliun justru tak terserap ke rakyat miskin. Menurut dia, anggaran itu justru digunakan untuk berbagai kegiatan kementerian/lembaga yang tidak sejalan dengan tujuan program penanganan kemiskinan, antara lain studi banding dan rapat di hotel, Kompas.com, 28/01/2023.


Memang hanya Islam, satu-satunya sistem yang mengatur pengelolaan kekayaan dengan jelas dan gamblang. Islam mengatur sistem kepemilikan dan distribusi kekayaan. Barang tambang, hasil hutan, hasil laut, dan apa-apa yang mengalir kemanfaatannya, adalah milik umum yang pengelolaannya diserahkan pada negara serta dimanfaatkan untuk menjamin kebutuhan asasiyah (mendasar/pokok) rakyatnya. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan sistem kapitalisme yang membebaskan setiap individu atau swasta untuk mengelola dan memiliki apa saja dengan syarat memiliki modal. Bahkan, walaupun itu merupakan milik umum atau negara. 


Rakyat Indonesia tidak akan mengalami kemiskinan, andai semua SDA dikelola negara dan digunakan untuk jaminan kebutuhan rakyat. Begitupun dengan para pejabat, seharusnya mereka menjalankan amanahnya. Sesuai aturan agama dan Tuhan yang telah menciptakannya dan SDA (yakni syariat Islam). Karena sesungguhnya penguasa adalah perisai bagi umat. Mereka adalah pelayan rakyat, bukan minta dilayani rakyat. 


Jadi tidak heran jika negeri ini mengalami kemiskinan ekstrim, karena salah kelola sumber daya. Saatnya, untuk kembali pada tatanan kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia. Menjalankan sistem pemerintahan ini sesuai dengan perintah dan larangan Allah sebagaimana dulu pernah berjaya selama 14 abad. Tak ada satupun sistem kehidupan yang sempurna kecuali sistem yang berasal dari Sang Maha Pencipta.


Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts