Oleh. Sendy Novita, S.Pd,M.M
(Praktisi pendidikan)
Berakhir sudah Ramadan 1445 hijriyah tahun ini dan beruntungnya bagi umat Islam yang telah mampu membersamainya dengan berpuasa, tarawih, i’tikaf, membaca Quran, berdoa juga bersedekah. Tentu, momen-momen Ramadan selalu mampu membawa dampak positif yang luar biasa bagi umat Islam khususnya, sayang Ramadan tahun ini adalah Ramadan penuh duka karena warga muslim di Gaza, Palestina, merayakan Idul Fitri penuh dengan penderitaan di tengah kejahatan Zionis Yahudi yang masih saja terus berlangsung.
Gaza merayakan Idul Fitri dengan kesedihan, kesakitan, penderitaan dari kejahatan yang dilakukan oleh tentara pendudukan Zionis Yahudi, dengan berlanjutnya perang genosida dan pembersihan etnis, seperti yang disampaikan kantor berita Anadolu, dalam sebuah pernyataan, yang dikutip media-umat.info, Ahad (14/4/2024).
Zionis Yahudi telah melancarkan serangan militer mematikan terhadap Jalur Gaza sejak serangan lintas batas tanggal 7 Oktober oleh kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, yang menewaskan kurang dari 1.200 orang. middleeastmonitor.com (10/4). Sejak saat itu, seperti pula diungkap Haaretz, surat kabar harian tertua di wilayah pendudukan, helikopter dan tank tentara Zionis Yahudi, pada kenyataannya telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim oleh Zionis Yahudi telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina. Bahkan lebih dari itu, 33.300 warga Palestina telah terbunuh dan hampir 76.000 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok.
Perang Zionis Yahudi, yang kini memasuki hari ke-186, telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Tak ayal, pada bulan Januari Zionis Yahudi pun dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara memerintahkan Zionis untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Hanya saja, pendudukan Zionis Israel masih keras kepala melakukan penyerangan bahkan terkesan membabi buta. Sejatinya penderitaan yang dialami saudara kita di Palestina tidak akan pernah berakhir selama sistem kapitalisme sekuler menguasai dunia. Hal ini karena Israel mendapat perlindungan dari negara adidaya, Amerika Serikat yang cenderung tidak peduli dengan kecaman masyarakat internasional terhadap genosida yang dilakukan Israel. Untuk kesekian kali, AS menegaskan bahwa mereka tidak menganggap Zionis melanggar hukum kemanusiaan internasional dalam perang di Gaza. AS juga bersikukuh bantuan senjata yang mereka berikan kepada Israel sudah tepat. Bagi AS, Israel adalah alat untuk mengamankan potensi SDA di beberapa wilayah jajahannya.
Banyaknya pemimpin di negeri-negeri muslim nyatanya tidak mampu menghentikan penjajahan dan genosida yang terjadi di Palestina. Padahal mereka memiliki kekuasaan, militer, dan alat-alat tempur yang bisa saja mereka gunakan untuk membantu Palestina. Namun sayangnya, mereka hanya diam dengan dalih perjanjian internasional yang mereka sepakati untuk tidak ikut campur urusan negara lain.
Alih-alih mengirimkan tentara/militer, mereka hanya mengutuk serangan Zionis dan sibuk berdiplomasi di depan lembaga internasional untuk mencari solusi atas Palestina. Seolah mereka lupa bahwa lembaga internasional itulah yang justru membidani adanya perang yang berujung pada genosida di wilayah Gaza. Mereka pun merasa puas hanya dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sejatinya bukan solusi untuk mengenyahkan penjajahan Zionis Yahudi.
Fakta di atas adalah gambaran yang sangat menyedihkan akibat tiadanya pemimpin yang mampu melindungi umat Islam secara keseluruhan. Semua itu akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler yang batil dan membahayakan umat. Kapitalisme juga menumpulkan akal serta hati nurani para pemimpin negeri-negeri muslim sehingga kezaliman terus menimpa umat.
Untuk itu, tak cukup hanya kecaman dan pengiriman bantuan karena sesungguhnya solusi Palestina hanya dapat dilakukan dengan dua langkah. Pertama langkah praktis yaitu harus dilawan dengan jihad. Kedua langkah ideologis, menumbuhkan kesadaran di tubuh kaum muslim, pentingnya keberadaan kepemimpinan yang satu dalam Islam yang menyatukan seluruh negeri muslim yang tercerai berai dengan asas ideologi Islam, bukan demokrasi sekuler. Bersatunya negeri-negeri muslim dalam naungan kepemimpinan Islam akan mampu mengirimkan pasukan sehingga menghilangkan penjajahan. Palestina adalah bagian dari kaum muslim di seluruh dunia maka sudah menjadi keharusan untuk membela dan merebutnya kembali.
Wallahualam bissawab.
0 comments:
Posting Komentar