SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Jumat, 17 Januari 2025

Penulis: Ratih Suharjo

(Pegiat Literasi)





Konflik Palestina telah berlangsung puluhan tahun dan mengakibatkan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Palestina, terutama anak-anak. Tindakan kekerasan Israel, seperti serangan udara dan blokade, telah menyebabkan ribuan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang parah.

Meskipun berbagai upaya perdamaian telah dilakukan, konflik ini belum juga menemukan penyelesaian.


Hingga hari ini, konflik tersebut terus membara. Bahkan, Ustaz Abdul Somad pernah menanyakan kepada guru tafsirnya saat kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Beliau bertanya kepada Syekh Muhammad Jibril. "Wahai syekh, pada zaman dahulu kaum 'Ad, kaum Tsamud, kaum Madyan, Firaun, semuanya binasa. Mengapa kaum Israel tidak dibinasakan oleh Allah SWT?"


Namun, pertanyaan itu dijawab dengan senyum oleh beliau. "Jika Allah SWT membinasakan, apa yang tersisa untukmu?"


Pertanyaan tersebut wajar, karena pada zaman dulu ketika ada yang bermaksiat kepada Allah SWT, maka Allah SWT langsung memberikan azab. Pemikiran seperti ini bukan hanya ada pada Ustaz Abdul Somad, melainkan hampir di kepala semua kaum Muslim.


Penderitaan, penindasan, dan pembunuhan telah terjadi secara terus-menerus. Kejadian ini telah merenggut harta benda dan nyawa banyak warga Palestina. Seorang istri kehilangan suami, seorang suami kehilangan istri, dan anak harus mengasuh adik-adiknya karena kehilangan kedua orang tuanya.


Israel terus melakukan genosida untuk melenyapkan rakyat Palestina hingga ke akar-akarnya. Dalam satu jam, anak-anak di Gaza tewas akibat serangan yang dilakukan Israel secara membabi buta. Sejak 2023, jumlah anak yang meninggal telah mencapai 14.500 anak. (antara.com, 25/12/2024)


Sementara itu, 96% anak-anak takut akan kematian yang akan datang, 49% mengungkapkan keinginan untuk mati, 92% tidak bisa menerima kenyataan, 79% menderita mimpi buruk berulang, dan 73% menunjukkan tanda-tanda agresi.


Kebrutalan Israel juga tidak pandang bulu. Bom-bom diluncurkan untuk meratakan permukiman dan rumah sakit. Tak terkecuali rumah sakit Kamal Adwan yang hancur dan terbakar. Akibatnya, puluhan ribu pasien di rumah sakit terancam jiwanya, hingga 60 personel kesehatan dan 25 pasien dalam keadaan kritis.


World Health Organization (WHO) sebagai badan kesehatan dunia pun menyampaikan agar konflik ini segera dihentikan. Namun, dengan cara apa agar genosida di Gaza ini berhenti?


Demokrasi yang telah dianut di beberapa negara membuat konflik terjadi puluhan tahun hingga menewaskan puluhan juta rakyat Gaza. Sekolah-sekolah, permukiman penduduk, dan rumah sakit telah rata dengan tanah. Selain itu, wilayah Palestina pun sedikit demi sedikit terus berkurang.


Sementara itu, umat Islam melihat konflik Gaza hanya sekadar pertandingan. Jika rakyat Palestina membutuhkan bantuan logistik, umat Islam sedunia berbondong-bondong mengirimkan bantuan. Sayangnya, bantuan yang masuk ke Gaza harus mendapat persetujuan Israel.


Apakah solusi konflik hanya dengan bantuan semata, sedangkan rakyat Palestina semakin hari semakin habis? Gaza butuh kemerdekaan hakiki. Mereka juga butuh beribadah, sekolah, bekerja, dan hal lainnya dengan tenang.


Hanya ada satu cara untuk menghentikan konflik ini, yaitu dengan kembali mengikuti minhaj nubuat. Metode kekhalifahan Islam dalam Bingkai Daulah Islamiyah.


Ketika Islam diterapkan dalam konstitusi negara, sekat-sekat nasionalisme akan tercabut di dada umat Islam. Mereka akan berjihad membebaskan rakyat Palestina. Mereka akan paham bahwa Palestina adalah saudara umat Islam. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW yang menjelaskan bahwa:


"Umat Islam ibarat satu tubuh. Jika ada salah satu bagian tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya." (H.R. Imam Muslim)


Dengan demikian, umat Islam akan hidup mulia, tanpa kekerasan, penindasan, pembunuhan, dan hal lainnya.

Wallahualam bissawab.

(Editor: Rita Handayani)

0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts