SELAMAT DATANG DI RAGAM FORMULA

BERITA DARI RAGAM FORMULA

media berita dan edukasi terpercaya yang menginspirasi dan mencerdaskan umat

Kamis, 12 Oktober 2023

Oleh. Dwi R, S.Si

(Penulis dan Praktisi Pendidikan)




Entah sampai kapan sengkarut politik yang semakin membuat rakyat menderita ini akan berakhir. Jangankan memperoleh kesejahteraan, merasakan keamanan dan kenyamanan saja seperti sulit didapat pada masa sekarang. Berbagai problem yang mencengkeram menciptakan pertentangan di berbagai lini. 

Pada Sabtu 9 September 2023 lalu, Presiden Joko Widodo mengikuti sesi kedua konferensi tingkat tinggi atau KTT g20 India. Dalam sesi bertema one family ia menuturkan Indonesia berharap agar dunia menjadi satu keluarga besar yang saling membangun dan memiliki tujuan bersama untuk menciptakan kehidupan yang damai. Falsafah satu keluarga ini semestinya bukan semata jargon melainkan sebuah pola pikir untuk menentukan arah pembangunan dunia. "Kita semua harus bertanggung jawab dan pastikan seluruh masyarakat dunia tanpa terkecuali hidup dalam damai stabil dan sejahtera," kata presiden Jokowi melalui keterangan tertulis di Jakarta Ahad 10 September 2023 presiden.

      Jokowi juga menjelaskan sebagai ketua ASEAN 2023 Indonesia terus mendorong ASEAN sebagai jangkar stabilitas kawasan Indonesia akan mendukung budaya untuk berdialog dan kerjasama di kawasan Indo Pasifik. Ia pun menyerukan untuk menghentikan perang dan mengakhiri permusuhan dengan berpegang teguh pada hukum internasional dan semangat kerjasama serta multilateralisme yang inklusif. Presiden Jokowi menilai saat ini dunia membutuhkan rumah aman atau save house atau penetral di tengah persaingan geopolitik. 

Seruan perdamaian di tengah perang yang masih berkecamuk di beberapa negara adalah suatu hal yang wajar sebab hidup damai tanpa ada konflik tentu menjadi harapan bagi semua bangsa. Hanya saja pemicu terjadinya perselisihan seringkali diabaikan bahkan minim perhatian dari para penguasa dunia, termasuk penguasaan negeri-negeri muslim. Akibatnya penderitaan dan penindasan masih terus terjadi. Masih dirasakan bahwa negara kuat dan maju bisa menindas negara yang lemah dan miskin. Perlu dipahami bahwa ada banyak problem yang melanda dunia hari ini hingga membuat rakyat tidak aman bahkan jiwa mereka terancam bukan hanya peperangan. Kesengsaraan masyarakat dunia juga dipicu oleh problem kemiskinan, stunting dan sebagainya. 

Abdul Qadim Zallum Dalam kitabnya menjelaskan bahwa ada tiga sebab penderitaan dunia hari ini yang menyebabkan dunia terus dilanda konflik berkepanjangan yaitu karena khurafat keluarga internasional, cengkraman dan dominasi negara-negara adidaya dan adanya imperialisme atau penjajahan dan monopoli. Imperialisme adalah metode politik luar negeri negara sekuler barat. Politik luar negeri itu dijalankan semata-mata untuk meraih kepentingan nasional negara mereka bukan untuk perdamaian dunia. 

Faktanya perdamaian dunia hanya sebatas jargon untuk menutupi tujuan politik luar negeri mereka yang sebenarnya. Imperialisme tersebut ditempuh secara militer, budaya, politik, ekonomi dan sebagainya. Munculnya perjanjian-perjanjian atau hukum-hukum internasional merupakan bagian dari hegemoni politik negara sekuler adidaya di dunia internasional. Pada kenyataanya perjanjian-perjanjian yang telah berlangsung terbukti sangat menguntungkan negara adidaya yakni Amerika dan negara sekuler lainnya. Dalam aspek ekonomi negara adidaya semakin mudah mengeruk sumber daya alam negara-negara berkembang atas nama perjanjian perdagangan. Mereka pun semakin mendapatkan pasar yang luas untuk menjual produk-produknya. 

Inilah konsekuensi penerapan sistem kapitalisme sekuler. Penjajahan atau imperialisme adalah satu kepercayaan bagi negara adidaya dalam meraih tujuan-tujuan politik luar negerinya yang mampu mewujudkan perdamaian dunia. Hal ini diwujudkan melalui kebijakan politik luar negerinya. 

Islam memiliki konsep yang khas dalam masalah politik internasional atau politik luar negeri yang didasarkan pada firman Allah subhanahu:

"Kami tidak mengutus kamu Muhammad melainkan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa berita dan pemberi peringatan." Q.S. Saba ayat 28.

Ayat ini mengamanahkan kepada umat Islam untuk menyebarluaskan Islam sebagai berita gembira bagi umat manusia. Hal ini menjadi tugas yang melekat kepada individu jamaah termasuk negara. Oleh karena itu prinsip politik luar negeri negara khilafah adalah mengemban dakwah Islam sehingga Islam tersebar luas ke seluruh dunia,  bahwa Islam inilah yang menjadi asas negara khilafah dalam membangun hubungan dengan negara-negara lain. Dakwah ini akan sangat memperhatikan keagungan pemikiran-pemikiran Islam dalam pengaturan urusan individu umat dan negara. 

Negara khilafah akan menawarkan Islam kepada negara-negara lain, jika mereka menerima dan memeluk Islam maka mereka akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat sehingga mereka bisa mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan hak dan kewajiban kaum muslimin lainnya, yakni sebagai warga negara khilafah Islam. Selain itu darah atau jiwa dan kehormatan mereka pun terjaga. 

Adapun jihad merupakan bagian dari dakwah dalam menjalankan politik luar negeri khilafah. Tujuan dari jihad adalah untuk menghilangkan berbagai penghalang fisik yang mengganggu dakwah Islam. Sebab seharusnya setiap orang mudah mendapatkan syiar Islam tanpa halangan. Namun terkadang ada negara yang menjadi barrier atau penghalang terhadap dakwah Islam. Oleh karena itu jihad bukanlah ditujukan untuk memusnahkan umat manusia. Dengan jihad dakwah Islam dapat sampai ke rakyat secara terbuka sehingga mereka juga dapat melihat dan merasakan keadilan Islam secara langsung. Mereka tentram dan nyaman hidup di bawah kekuasaan Islam. Rakyat pun diajak memeluk Islam dengan cara sebaik-baiknya tanpa paksaan dan tekanan. 

Sejarah menunjukkan futuhat atau penaklukan melalui jihad justru mengakibatkan tersebar dan meratanya kesejahteraan rakyat di wilayah-wilayah yang ditaklukan khilafah. Memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan pokok individual seperti sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan kolektif seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan bagi seluruh warganya. Baik muslim maupun non muslim. Sejarah pun mencatat bahwa saat negara khilafah berhasil menjadi negara adidaya, Khilafah tidak pernah melakukan hegemoni yang merugikan negara lain, justru Khilafah menjadi tempat bernaung negara-negara lemah yang dizalimi negara musuhnya.


0 comments:

Posting Komentar

Categories

Labels

Tragedi Ponpes Al-Khoziny: Bukti Telanjang Abainya Negara terhadap Pendidikan

Oleh: Rati Suharjo   Pengamat Kebijakan Publik Bangsa ini kembali berduka. Pada 29 September 2025, langit Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, seo...

Popular Posts