Penulis: Rati Suharjo
(Pegiat Literasi)
Pelanggaran gencatan senjata oleh Israel mengakibatkan penderitaan rakyat Gaza semakin akut. Serangan membabi buta telah menewaskan dan melukai banyak warga, serta menghancurkan fasilitas umum dan infrastruktur penting.
Konflik berkepanjangan ini mendorong Presiden Prabowo Subianto untuk menawarkan solusi berupa penampungan ribuan warga Gaza di Indonesia. Beliau bahkan berencana mengirimkan pesawat untuk mengevakuasi mereka. Setelah situasi di Gaza aman, warga tersebut akan dipulangkan. (Beritasatu.com, 9 April 2025)
Presiden Prabowo menyatakan bahwa sejak era Presiden Jokowi, Indonesia tak tinggal diam menghadapi tragedi kemanusiaan di Gaza, dengan memberikan bantuan kemanusiaan dan menyampaikan kecaman.
Namun, kebijakan evakuasi ini menimbulkan pertanyaan: apakah ini harapan baru bagi Palestina, atau justru celah bagi Israel untuk menguasai Gaza?
Sejak 1948, Israel, dengan dukungan Inggris dan negara-negara Barat, terus menjajah Palestina. Perjanjian damai dan gencatan senjata berkali-kali gagal, dan Israel tetap menindas rakyat Palestina, berupaya mendapatkan legitimasi internasional untuk eksistensi negaranya.
Evakuasi warga Gaza dapat diinterpretasikan sebagai keberhasilan Israel mengosongkan wilayah yang ingin mereka kuasai tanpa perlu perang berkepanjangan.
Di sisi lain, menampung warga Gaza membutuhkan biaya besar, menambah beban APBN yang telah mengalami defisit. Meskipun membantu sesama Muslim adalah kewajiban, aspek ini perlu dipertimbangkan.
Masjid Al-Aqsa, situs bersejarah penting bagi umat Islam, juga menjadi perhatian. Ambisi Israel untuk merobohkan masjid ini demi menemukan kuil kuno di bawahnya menimbulkan kekhawatiran. Jika warga Gaza dievakuasi, siapa yang akan menjaga Masjid Al-Aqsa? Rakyat Palestina sendiri telah bersumpah untuk mati syahid mempertahankan tanah suci tersebut. Ironisnya, tindakan ini justru seolah memberikan "karpet merah" bagi Israel.
Memboyong warga Gaza bukanlah solusi mengakhiri konflik, malah membuka peluang bagi penjajahan. Penjajahan harus dilawan dengan kekuatan yang seimbang. Rasulullah saw. bersabda, "Umat Islam itu ibarat satu tubuh." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya persatuan umat Islam.
Penerapan Islam kaffah dalam bingkai negara Islam (Daulah Islamiyah) dapat mewujudkan persatuan dan menghasilkan kepemimpinan yang melindungi rakyatnya. Sebuah kepemimpinan yang menjamin keamanan dan kesejahteraan, sebagaimana diibaratkan dalam hadis, "Imam itu laksana penggembala kambing." (HR. Imam Al-Bukhari). Untuk menghentikan konflik di Palestina, maka pengiriman pasukan militer ke Gaza menjadi solusinya.
Wallahu a'lam bishawab.